UMBUL
MANTEN DI DESA SIDOWAYAH
JANTI POLANHARJO KLATEN DAN FUNGSINYA BAGI MASYARAKAT SEKITAR : ANALISIS
PRAGMATIS
LAPORAN PENELITIAN
:
Diyan
Safitri A310080143
PENDIDIKAN
BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
LEMBAR
PENGESAHAN
Penelitian folklor yang
berjudul “Umbul
Manten di Desa Sidowayah
Janti Polanharjo Klaten dan Fungsinya bagi Masyarakat Sekitar: Analisis Pragmatis” disyahkan dan disetujui pada,
Hari :
Tanggal :
Disusun Oleh:
Diyan Safitri A310080143
Ratna
Ebti Rachmawati A310080153
Eprilia
Kartika Sari A310080154
Eva
Rahayu A310080167
Dewi
Nafianti A310080178
Mengetahui,
Kepala
progdi PBSID
FKIPUMS
Drs. Agus Budi Wahyudi, M. Hum
Dosen Mata Kuliah
Dr.
Ali Imron Al-Ma’ruf, M. Hum
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Folklor
sebagai suatu disiplin atau cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, di
Indonesia belum lama dikembangkan orang (Danandjaja, 1991: 1). Folklor dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu: folklor
lisan, folklor sebagaian lisan, dan folklor bukan lisan (Brunvand, dalam
Danandjaya, 1991: 21 ). Adapun folklor lisan juga masih dibagi dalam beberapa
kelompok, di antaranya adalah cerita prosa rakyat.
Salah
satu bentuk cerita rakyat yang menarik untuk diteliti adalah cerita rakyat yang
berkenaan dengan asal-usul penamaan suatu tempat. Cerita rakyat tersebut
apabila dikelompokkan, termasuk pada genre cerita rakyat legenda setempat
(local legends). Penamaan suatu tempat tidak muncul begitu saja, tetapi
berkaitan dengan berbagai hal yang pada intinya menyangkut kebudayaan suatu
masyarakat.
Berdasarkan
uraian di atas maka penulis merasa tertarik dengan cerita rakyat yang berkaitan
dengan asal-usul umbul manten yang memiliki cerita unik yang teletak di Desa
Sidowayah
Janti Polanharjo Klaten. Penulis dalam melakukan penelitian ini menggunakan
analisis pragmatik karena pendekatan pragmatik memberikan perhatian utama
terhadap peranan pembaca. Ketertarikan penulis untuk mengetahui lebih telah
menuntun penulis dalam melakukan penelitian folklor ini.
B. Rumusan Penelitian
Penellitian
ini mempunyai tiga masalah yang harus diteliti dan dicari jawabannya.
a. Bagaimana
sejarah terjadinya Umbul Manten?
b. Bagaimana
tanggapan masyarakat terhadap Umbul Manten?
c. Bagaimana
fungsi Umbul Manten bagi masyarakat sekitar ?
C. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui
sejarah terjadinya Umbul Manten
b. Mengetahui
berbagai tanggapan masyarakat terhadap Umbul Manten
c. Mengetahui
fungsi Umbul Manten bagi masyarakat sekitar
D. Manfaat Penelitian
a. Menambah
wawasan tentang penelitian folklore
b. Menambah
wawasan tentang Umbul Manten
E. Sistematika Penulisan
Dalam
penulisan proposal penelitian ini terdapat tiga bab yang terangkum. Bab I
terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian. Selanjutnya pada bab II disampaikan beberapa kajian pustaka
yaitu beberapa penelitian
terdahulu mengenai folklor yang dianggap relevan
dan
uraian tentang teori-teori serta konsep-konsep yang digunakan sebagai landasan
kerja penelitian yang relevan dengan topik tulisan, selain itu disampaikan juga
kerangka pikir penulis dalam melakukan penelitian. Sedang pada bab III berisi
metode penelitian yang terdiri atas beberapa bagian yaitu lokasi penelitian, pendekatan dan strategi penelitian,
objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
validitas data, teknik analisis data serta sistematika
penulisan proposal penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI
DAN KERANGKA BERPIKIR
1. Tinjauan Pustaka
Beberapa
penelitian yang sebelumnya yang dinilai cukup relevan dengan penelitian ini
antara lain adalah Arief yuri
dalam penelitiannya yang berjudul “Asal Usul Terjadinya Umbul Manten dan Umbul
Pelem” yang berkesimpulan bahwa Umbul Manten mempunyai fungsi bagi masyarakatnya yang menganggap
bahwa apapun usaha manusia di dunia ini dalam kehidupannya, ALLAH-lah yang menentukan segalanya. Fungsi kedua, memberikan jaminan masa
kini, misalnya diceritakan dongeng sebagaimana pada zaman dahulu, para dewa
juga mualuai menggarap sawahnya dan memperoleh hasil yang melimpah. Fungsi yang
terakhir, memberikan pengetahuan pada dunia, artinya fungsi ini adalah
memberikan ilmu pengetahuan dan fisafat dalam alam pikiran mereka, misalnya
cerita-cerita terjadinya langit dan bumi.
Penelitian
berikutnya, penelitian Dudung Adriyano (2005) dengan judul “Cerita Rakyat
Kabupaten Sukuharjo (suatu kajian struktur dan nilai edukatif).” Penelitian
tersebut berkesimpulan bahwa daerah sukoharjo terdapat banyak sastra lisan atau
cerita rakyat. Beberapa cerita rakyat yang terkumpul antara lain (1) cerita
rakyat “Ki Ageng Banyubiru”, (2) cerita rakyat “Ki Ageng Balok”, (3) cerita
rakyat “Ki Ageng Sutowijoyo”, (4) cerita rakyat “Pasanggrahan Langen Harjo.”
Penelitian ini juga melakukan analisis struktur dan nilai budaya terhadap lima
cerita rakyat Sukoharjo. Analasis struktur cerita rakyat Kabupaten Sukoharjo
terkandung nilai pendidikan yang meliputi pendidikan moral, pendidikan adapt
(tradisi) pendidikan Agama (religi), sejarah sejarah (history) dan pendidikan
kepahlawan.
Persamaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama mengkaji tentang
folklor lisan dan perbedaannya adalah penelitian ini difokuskan pada
bagaimanakah fungsi Umbul
Manten bagi masyarakat sekitar di desa Sidowayah Janti Polanharjo
Klaten.
2. Landasan Teori
1.
Hakikat
Folklor
Secara etimologis kata folklor
berasal dari bahasa Inggris folklore, kata dasarnya folk dan lore (Danandjaja,
1984:1). Folk menurut Alan Dundes adalah sekelompok orang yang memiliki
ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari
kelompok-kelompok lainnya. Ciri-ciri pengenal itu, antara lain, dapat berwujud
warna kulit yang sama, mata yang sama, bahasa yang sama, bentuk rambut yang
sama, dll.
Danandjaja menyimpulkan bahwa folk adalah
sinonim dengan kolektif
yang juga memilik ciri-ciri pengenal fisik atau kebudayaan yang sama, serta
mempunyai kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat, dan yang dimaksud
lor adalah tradisi folk, yaitu sebagian kebudayaannya yang diwariskan secara turun-temurun
secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau
pembantu pengingat.
Folklor menurut Dananjaja, tidak lain
adalah sebagian kebudayaan suatu kolektof yang tersebar dan diwariskan secara
turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisoanal dalam
versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan
gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (Danandjaja, 1984:2).
2.
Ciri
Pengenal Foklor
Folklor memiliki sembilan ciri
pengenal utama. Ciri pengenal folklore ini dapat dijadikan pembeda folklor dari
kebudayaan lainnya (Danandjaja, 1984: 3-4). Ciri pertama samapai kelima berasal
dari Jan Harold Brunvand (1968:4); ciri 6 dan 7 dari Carvalho-Neto (1965: 70);
dan ciri ke-8 dan ke 9
dari Danandjaja (1984: 5).
Kesembilan ciri pengenal itu sebagai
berikut.
1. Penyebaran dan pewarisnya biasanya
dilakukan secara lisan yakni saat itu penyebaran folklor bisa terjadi dengan
bantuan mesin cetak dan elektronik;
2. Bersifat tradisional, disebarkan
dalam bentuk relative tetap (standar);
3. Folklore eksi dalam versi-versi
bahkan dalam varian-varian yang berbeda lantaran tersebar secara lisan dari
mulut ke mulut;
4. Bersifat anonym, nama pencipatanya
sudah tidak diketahui orang lagi;
5. Folklore biasanya memiliki bentuk berumus
atau berpola memiliki formula tertentu dan mamanfaatkan bentuk bahasa klise;
6. Folklore mempunyai fungsi dalam
kehidupan bersama suatu kolektif (alat pendidikan, pelipur lara, protes sosial,
dan proyeksi keinginan yang terpendan);
7. Folklore bersifat pralogis, yaitu
mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum (ciri ini berlaku
baik bagi folklore lisan maupun folklore sebagaian lisan);
8. Menjadi milik bersama dari kolektif
tertentu, hal ini disebabkan oleh pencipta pertama sudah tidak diketahui lagi;
9. Folklore pada umumnya bersifat polos
dan lugu sehingga seringkali kelihatannya kasar, terlalu spontan; hal demikian
itu dapat dimengerti apabila mengingat bahwa banyak folkor merupakan proyeksi
emosi menusia-manusia yang paling jujur manifestasinya.
3. Kerangka
Berfikir
Dalam
mengkaji masalah penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan pragmatik dalam penelitiannya. Pendekatan pragmatik
merupakan pendekatan yang mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai
kompetensinya. Melalui pendekatan ini
peneliti akan menggali mengenai asal-usul umbul manten. Dengan adanya umbul
manten maka peneliti juga menggali mengenai tanggapan masyarakat tentang umbul
manten tersebut. Adanya sebuah tempat atau benda yang menarik pengunjung
termasuk umbul manten yang mempunyai daya tari tersendiri pastinya memiliki
fungsi-fungsi bagi masyarakat sekitar yang mana fungsi ini akan peneliti
ungkapkan dalam penelitiannya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi penelitian
dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini di lakukan di
Umbul Manten yang terletak di Sidowayah Janti Polanharjo Klaten. Waktu penelitian dilakukan selama dua minggu, dimulai
tanggal 29 Desember sampai 12 Januari 2011.
B. Pendekatan dan Strategi penelitian
Penelitian
ini menggunakan pendekatan Pragmatis
yaitu pendekatan yang mempertimbangkan implikasi
pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya
sastra dan pembaca, maka masalah yang dapat dipecahkan diantaranya berbagai
tanggapan masyarakat terhadap sebuah karya sastra, baik sebagai pembaca
eksplisit maupun implicit, baik dalam kerangka
sinkronis maupun diakronis).
C. Objek Penelitian
dan Subjek Penelitian
Objek
penelitian merupakan sasaran yang akan diteliti, yang tidak terlepas dari
masalah penelitian. Dalam penelitian “Umbul Manten Di Desa Sidowayah
Janti Polanharjo Klaten dan Fungsinya Bagi Masyarakat Sekitar : Analisis
Pragmatis”,
maka objek penelitiannya adalah cerita asal usul dari Umbul Manten itu sendiri. Sedangkan Subjek dalam penelitian ini adalah tanggapan
masyarakat terhadap Umbul Manten yang menjadi sasaran penelitian ini.
D. Data dan Sumber Data
Data
adalah semua informasi atau bahan yang harus dicari dan dikumpulkan oleh
peneliti sesuai dengan masalah penelitian. Penelitian ini menggunakan sumber
data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian atau telaah yang
dilakukan oleh orang lain.
Dalam penelitian ini data dan sumber data yang peneliti peroleh dari
pengumpulan dokumen-dokumen yang bersangkutan dengan penelitian folklore serta
umbul manten, selain pengumpulan dokumen, peneliti juga meninjau peristiwa atau
tempat penelitian. Peneliti dalam memperoleh informasi lebih lanjut maka peneliti
mengambil beberapa narasumber yang akan dimintai informasinya mengenai umbul
manten.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah analisis dokumen, observasi, dan wawancara.
F. Teknik Validasi Data
Teknik validasi data dilakukan dengan menggunakan teknik
triagulasi data. Teknik triagulasi data yakni teknik validitas data dengan
memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan melakukan pengecekan atau
pembangding terhadap data tersebut. Teknik Validasi data
meliputi empat macam aspek.
1. Triangulasi
data
Data yang
diperoleh dicek ulang pada sumber data lain.
2. Triangulasi
peneliti
Dilakukan
dengan membandingkan hasil penelitian kita dengan hasil penelitian orang lain.
3. Triangulasi
metode
Metode/
teknik pengumpulan data tertentu dikontrol dengan data serupa yang diperoleh
dengan metode/ teknik yang lain.
4. Triangulasi
teori
Dilakukan
dengan menerapkan teori satu dan dikontrol melalui teori lain dalam analisis
data.
G. Teknik Analisis Data
Teknik
analisis data menggunakan metode interaktif. Metode interaktif meliputi reduksi data,
sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Reduksi data dilakukan untuk menangkap makna dan fungsi
yang menonjol dari segi tertentu yang menonjol. Sedangkan sajian data merupakan
proses mengorganisasikan informasi yang ditemukan yang memungkinkan penarikan
kesimpulan. Dan penarikan kesimpulan didasarkan atas pengorganisasian informasi
yang diperoleh dalam analisis data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Asal Usul Terjadinya Umbul Manten
Ada
cerita rakyat yang beredar di masyarakat mengenai asal muasal umbul ini. Konon
dahulu ada sepasang pengantin baru. Pengantin ini diberi wejangan oleh kedua
orang tuanya, “kalo pengantin baru itu, dilarang keluar rumah bersama-sama
menjelang senja (maghrib) sebelum 40hari”.
Pasangan
pengantin tersebut bertanya “mengapa mereka dilarang keluar rumah menjelang
senja sebelum 40 hari”. Dijawab oleh orang tua tersebut, “kalian ndak perlu
membantah. turuti saja dan kalian akan selamat”, dengan nada sedikit marah
karena nasehatnya dibantah.
Pengantin
tersebut suatu hari sebelum 40 hari keluar rumah bersama-sama. Saat itu
menjelang senja. Sang suami berjalan mendahului istrinya. Setelah berjalan
lama, sang suami menengok ke belakang dan menemukan istrinya menjauh kemudian
lenyap. Begitu juga dengan sang istri, ketika dia mengejar sang suami ternyata
suaminya semakin jauh dan akhirnya lenyap. Letak kedua umbul inilah disinyalir
sebagai lokasi di mana kedua suami istri itu lenyap.
Ada
juga masyarakat yang percaya jika pasangan suami istri yang lama tidak
mempunyai keturunun dan ingin mendapatkan keturunan harus berendam semalaman di
umbul Manten. Air di umbul Manten juga sering digunakan untuk siraman pada
pernikahan adat jawa, orang yang sering mengambil air di Umbul Manten ini
terutama orang dari kawasan Solo
dan Jogja sedangkan
orang sekitar hanya
memanfaatkan air tersebut untuk mandi dan pengairan di sawah-sawah.
2.
Tanggapan Masyarakat Sekitar Terhadap Umbul Manten
Peneliti telah melakukan wawancara dengan beberapa
narasumber di sekitar lokasi Umbul Manten. Berikut hasil wawancara peneliti
dengan beberapa narasumber : (1) peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Desa
Sidowayah yaitu Bapak Hapsoro (45 tahun), beliau mengatakan bahwa dengan adanya
Umbul Manten di Desa Janti tersebut membawa keuntungan tersendiri bagi warga
sekitar. Karena warga memanfaatkan air dari Umbul Manten untuk kehidupan
sehari-hari dan untuk pengairan sawah warga. Warga di Desa Janti juga
memanfaatkan lahan disekitar Umbul Manten yang berupa media air untuk ditanami
sayuran yang mereka sebut “cenil” , sayuran ini hanya tumbuh dibeberapa tempat
saja, salah satunya di Umbul Manten. Sayuran ini biasanya diolah warga untuk
dijadikan makanan campuran pecel “cenil” yang digemari warga sekitar karena pecel
“cenil” ini juga termasuk salah satu makanan khas dari Desa Janti.
Umbul Manten tersebut dikelola oleh salah satu warga Kelurahan
Sidowayah dengan sistem lelang dalam jangka waktu satu tahun. Pelelangan
tersebut dilakukan oleh warga dengan sistem tertutup. Peminat warga yang ingin
melelang masih kurang karena warga beranggapan bahwa pendapatan kurang seimbang
dengan biaya pelelangan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pengunjung yang
datang tiap harinya ke lokasi Umbul Manten. Untuk pelelangan periode tahun 2010
dimenangkan oleh Bapak Muhtadi (48
tahun) dari Desa Sidowayah dengan lelang sebesar Rp 11.800.000,-. Periode itu
berakhir pada bulan Desember dan dilakukan pelelangan selanjutnya pada awal
bulan Januari 2011. Hasil pelelangan untuk periode tahun 2011 yang diikuti tiga
calon pelelang yang berasal dari warga Sidowayah dan dimenangkan kembali oleh
bapak Muhtadi dengan uang lelang sebesar Rp 17.000,000,- selisih Rp 5.200.000,-
dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari bapak Hapsoro
(45 tahun) selaku kepala desa Sidowayah, maka peneliti melakukan wawancara
kepada bapak Muhtadi (48 tahun) sebagai pemenang lelang pada periode tahun 2010
dan 2011 untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang Umbul Manten. Pak
Muhtadi mengungkapkan bahwa
(1) peneliti
melakukan wawancara dengan saudara Dewo (22 tahun) yang berprofesi sebagai
wiraswasta. Dia mengatakan bahwa keberadaan Umbul Manten di Desa Janti ini
sangat menguntungkan bagi masyarakat sekitar, terlebih untuk anak-anak muda
seumuran Dewo (22 tahun) memanfaatkan tempat tersebut sebagai tempat bertukat
pikiran dan melepas kejanuhan serta untuk mengisi waktu luang. Anak-anak muda
di sekitar lokasi juga menjaga kelestarian tempat tersebut (Umbul Manten). (2)
Saudara Habib (20 tahun) yang berprofesi sebagai wiraswasta. Dia juga
berpendapat hampir sama dengan saudara Dewo (22 tahun) hanya saja dia menambahi
bahwa Umbul Manten ini adalah ciri khusus dan satu-satunya yang dimiliki dari
Desa Janti.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. “
Makalah Metode
Penelitian Sastra Sebuah Pengantar” . Surakarta: FKIP UMS.
Danandjaja. 1991. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dll. Jakarta: Grafiti.
Iskandar. 2008. Metode
Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta:
Gaung Persada Press.
Ratna, Kutha Nyoma. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sangidu. 2004. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori,
Metode, Teknik dan Kiat. Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat;
Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Yuri, arief. 2009. Proposal Folklor Umbul Manten dan Umbul
Pelem. http://folklor-umbul-mantenproposal.htm. Diakses tanggal 19 Desember 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar