Identitas buku
No : 1
Judul : Para priyayi
Pengarang : Umar Kayam
Penerbit : Grafiti
Tahun terbit : 1996
Sinopsis :
Wage tinggal di Desa Wandawas
sejak dalam kandungan ia telah menjadi anak yatim. Kehidupan Desa Wandawas yang
diliputi kemiskinan sehingga membentuk Wage yang berkeperibadian yang lugu dan
penurut, ketika berusia enam tahun ibunya menyerahkan Wage kekeluarga Sastrodarsono
Yang tinggal dijalan setenon dikota Wonogalih keluaga Sastrodarsono adalah
keluarga Priyayi. Sastrodarsono merupakan seorang guru. Semenjak tinggal disana
Wage pun mengalami kenaiakn status yaitu sebagai keluarga Priyayi. walaupun
Wage hanyalah anak titipan, namun Sastrodarsono selalu memperlakukannya dengan
sangat baik. Oleh Sastrodarsono nama Wage diganti menjadi Lantip karena nama tersebut
dipandang lebih bermakna dan lebih pantas untuk hidup dilingkungan Priyayi.
Banyak peristiwa suka dan duka
pun yang dirasakan oleh Lantip di keluarga Sastrodarsono. Dimulai dari kenyatan
pahit disaat meninggal ibunya, Ia pun mengetahui bahwa ayahnya mempunyai
hubungan dengan keluarga Sastrodarsono. Namun ayahnya bukanlah seorang Priyayi,
mengingat disaat ayahnya meninggal
dengan membawa nama buruk. Yang merupakan gembong perampok. Namun dengan adanya
keluarga Sastrodarsono pun Lantip mulai merasakan suatu kebahgiaan.
Lantip sangt bahagia tinggal
dikeluarga Sastrodarsono, dimana keluarga tersebut dikenal dengan keluarga yang
saling menghormati. Sastrodarsono memiliki tiga orang anak. anak pertama dari
Sastrodarsono adalah Nugroho, Nugroho pun dikenal dengan anak yang sangt patuh
kepada orang tuanya dan dia pun telah menyelesaikan sekolah dan menjadi seorang
guru. Nugroho mempunyai dua orang anak, kemelut yang terjadi pada masa
kekuasaan jepang merubah garis hidup Nugroho yang Ia jalani, Nugroho diangkat
menjadi opsir tentara Republik yang ikut andil secara langsung pada setiap
peperangan pada masa itulah Nugroho menerima nasib yang tragis karena kematian
anaknya yang pertama, anak kedua Sastrodarsono adalah Hardjo, Ia seperti halnya
Nugroho dia telah berhasil menyelesaikan sekolah dan menjadi seorang guru dan
dia tinggal di desa Wonogiri. Hardjo menikah dengan Sumarti anak muridnya
sendiri dan Ia dikarunia satu orang anak yang bernama Harimurti. anak ketiga
Sastrodarsono adalah Sumini seperti halnya dengan yang lain dia pun dapat
menyelesaikan sekolahnya dan menjadi seorang guru. Sastrodarsono merawat dan
memelihara anak-anaknya dan sebagai seorang periyayi ia juga merawat anak-anak
saudaranya.
Lantip pun terkadang merasa
terasingkan karena derajatnya yang dulunya bukan dari keluarga priyayi sehingga
sering kali Ia diremehkan oleh anak-anaknya Sastrodarsono, adapun Nugroho yang sering memberikan kesan
negatif ke Lantip akan tetapi seiring berjalannya waktu nugroho pun dibuat
terkesima karena Lantip dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan di
keluarganya.
Analisis Makna
Di dalam Novel para Priyayi ini saya mencoba
menganalisis dengan menggunakan pendekatan Psikologi Sastra dan Pendekatan Strata Social and Culture.
Dari cerita diatas menggambarkan sejumlah
keragaman beban psikis yang dialami seorang Wage yang merupakan salah satu
tokoh utama dalam novel ini. Di dalam novel ini menceritakan perjuangan Wage
dalam menjawab tantangan kehidupan tanpa mendapatkan kasih sayang dari orang
tuanya. Pada saat dia masih di dalam
kandungan dia telah ditinggal oleh ayahnya karena diduga ayahnya adalah seorang
perampok. Tidak sampai disitu bahkan Wage pada usia enam tahun dia dititpkan
kepada seorang Priyayi dan dia pisah dengan Ibunya. Walaupun secara sosial Wage
mengalami suatu proses naiknya derajat karena telah diasuh oleh keluarga
Priyayi dan seketika itu nama Wage di ganti dengan nama Lantip. akan tetapi
secara emosional Lantip masih menyimpan suatu beban batin atas kurangnya
mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang seharusnya tercurah dari orang
tuanya. Akan tetapi karena kurangnya mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya
Lantip pun terbentuk menjadi seseorang yang berkeperibadian pendiam dan lugu.
Ketika
melihat dari Pendekatan Strata Social and Culture di dalam novel ini
kita dapat melihat adanya suatu kesenjangan sosial yang dialami pada masa itu,
dari kesenjangan antara keluarga Priyayi dengan keluarga yang bukan Priyayi
atau rakyat biasa, sehingga dalam cerita ini menggambarkan jelas kedudukan
Sosial didalam kebudayaan tersebut. Adapun dapat kita lihat pada cerita
tersebut kedudukan Priyayi jauh diatas tingkatannya dan secara tidak langsung
dapat memberikan suatu deskrimanasi dan memberikan suatu batasan-batasan pada
Hak dan Martabat manusia selaku mahluk sosial.
Identitas buku
No : 2
Judul : Kemarau
Pengarang : A.A. NAVIS
Penerbit : PT.Gramedia Widiasarana
Tahun terbit : 1992
Tahun terbit : 1992
Sinopsis :
Musim kemarau yang panjang
memberikan efek yang sangat buruk bagi para petani, ketika musim kemarau tiba
kebanyakan dari para petani pasrah dan berputus asa menunggu musim hujan denagn
membiarkan sawah mereka kekringan. Yang mereka lakukan hanyalah
bermalas-malasan berpangku tangan sambil bermain kartu menunggu musim hujan tiba.
Beberapa cara yang dilakukan untuk mengupayakan turunnya hujan akan tetapi
hujan tak kunjung turun, dari melakukan doa-doa sampai berteriak meminta hujan
seperti pada waktu nabi muhammad meminta hujan akan tetapi semuanya hanya
sia-sia belaka.
Dia adalah Sutan Duono,
walaupun dalam keadaan kemarau panjang ini, ia tetap mengairi sawahnya denagn
mengangkat air dari danau yang ada disekitar desa mereka sehingga padinya tetap
tumbuh subur. Ia tidak menghiraukan panas matahari yang membakar tubuhnya ia
berharap agar para petani di desanya mengikuti perbuatan yang ia lakukan. Ia
juga berusaha memberikan ceramah kepada ibu-ibu yang ikut dalam pengajaran di
surau desa mereka. Namun tak satupun para petani yang menghiraukan ceramahnya
apalagi mengikuti langkah-langkah yang dilakukannya.
Tampaknya, keputusasaan penduduk desa telah
sampai pada puncaknya. suatu hari ada seorang bocah kecil bernama Acin yang
membantunya mengairi sawah sehingga keduanya saling bergantian mengambil air di
danau dan mengairi sawah mereka. Penduduk desa yang melihat kerja sama antara
keduanya bukannya mencontoh apa yang mereka lakukan. Melainkan mempergunjingkan
dan menyebar fitnah, bahwa Sutan Duano mencoba mencari perhatian Gundam. Ibu si
bocah itu, yang memang telah menjadi janda . bahkan seorang janda yang menaruh
hati pada Sutan Duano pun kemudian mempercayai gunjingan itu.
Cemooh itu semakin memanaskan
telinga Sutan Duano, tetapi ia tidak menanggapinya dan tetap bersikap tenang.
Suatu hari ia menerima telegram dari Masri, anaknya yang sudah dua puluh tahun
disia-siakannya. Ia memintanya untuk pergi ke Surabaya. Dalam hatinya ia ingin
bertemu dengan anak semata wayangmya itu, namun
ia tidak mau meninggalkan si bocah kecil yang masih memerlukan bimbingannya.
Setelah mempertimbangkan masak-masak, ia pun memutuskan pergi ke Surabaya.
Sementara itu, para penduduk desa merasa kehilangan atas kepergiannya. Apalagi
setelah mereka membuktikan bahwa semua saran yang diberikan olehnya memberikan
hasil. Mereka menyesal telah salah sangka terhadapnya.
Hari yang dinanti-nantikan pun tiba, Sutan
Duano pun berangkat ke Surabaya namun sesampainya disana, hatinya menjadi
hancur ketika bertemu dengan mertua anaknya, ternyata mertua anaknya adalah
Iyah mantan istrinya. Ia marah kepada Iyah karena telah menikahkan dua orang
yang bersaudara.
Kemarahan Sutan Duano tidak tertahan-tahan
lagi dan mengancam ingin memberitahukan semua itu Arni melihat gelagat seperti
itu Iyah pun memukul kepala Sutan Duano hingga kepala Sutan Duano mengeluarkan
darah, Sutan Duano pun ditolong oleh Arni dan diamankan sehingga dapat
terhindar dari amukan Iyah. Tak lama kemudian Iyah pun meninggal dunia dan
Sutan Duano kembali kedesanya menikah dengan Gundam.
Analisis Makna
Novel Kemarau dilihat dari makna Culture
Sastra dan Psikologi Sastra. Pendekatan Culture Sastra adalah dapat diggambarkan bahwa novel ini kental
dengan adat Istiadat Suku Minagkabau, hal ini dapat dilihat dari gambaran
Seting tempat dan Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan masyarakat Suku
Minangkabau. Adapun karakter yang dapat dilihat dalam Novel tersebut adalah
sifat yang bermalas-malasan yang cenderung lebih pasrah dalam menghadapi
takdir. Ketika melihat dari cerminaan tokoh Sutan Duano dalam Novel ini adalah
ingin memberikan suatu perubahan bagi masyarakat suku Minangkabau sendiri untuk lebih mengenal artinya hidup. Dan Sutan
Duano Ingin merubah Pola Pikir mereka dan mendidik keperibadian yang mandiri
tanpa mengenal putusasa. Akan tetapi kebaikan Sutan Duano sulit diterima baik
oleh masyarakat tersebut dan Sutan Duano juga difitnah penduduk desa. Dia
dituduh sengaja mencari perhatian Gundam ibu Acin. Sutan Duano tetap tenang
menghadapi isu tersebut. Setelah pulang dari Surabaya menengok anaknya, Sutan
Duano akhirnya menikah juga dengan Gundam.
Sikap Sutan Duano ini patut
untuk ditiru. Dia pantang menyerah dan terus berusaha hingga usahanya itu
membuahkan hasil. Setiap orang dalam menghadapi masalah harus selalu
bersemangat dan berusaha. Selain berusaha juga harus diiringi dengan doa
karena Allah yang akan menentukan hasil dari usaha kita itu.
Identitas buku
No : 3
Judul : KHUTBAH DI ATAS
BUKIT
Pengarang : Kuntowijoyo
Penerbit : Gramedia Pustaka
Utama
Tahun terbit : 1997
Sinopsis :
Barman seorang pensiunan
Pegawai Negeri, Dia adalah seorang pensiunan diplomat yang ditinggal mati
istrinya sejak anaknya Bobi masih kecil. akan tetapi ambisi secara rohani tidak
menyurutkan kenyataannya dan keadaannya ketika anaknya Bobi menganjurkannya
untuk mengisi hari tuanya di sebuah vila pegunungan. Pada mulanya Dosi
menantunya kurang setuju dengan gagasan itu, adapun pikiran-pikiran yang salah
satu penyebapnya karena usia mertuanya sudah mulai lanjut usia. Akan tetapi
semua itu tidak di permasalahkan oleh Barman sebab udara pegunungan yang sejuk
akan membuat Barman lebih tenang dan tanpa gangguan dari cucu-cucunya. Apalagi
anaknya sudah menyanggupi akan menyediakan seorang perempuan muda yang selalu
siap melayani Barman setiap saat. Perempuan muda itu bernama Popi, ia bersedia
menjadi istri Barman dan mau hidup jauh dari keramaian bersama suaminya yang
sudah tua. Sejak ditinggal istri pertamanya Barman memang merasa kesepian. Lalu
kini saat menghabiskan sisa hidupnya, ada sebuah boneka hidup cantik dan
menyenangkan.
Kebahgiaan yang dialami oleh
kedua pasangan itu tidak dapat dibendung selain Popi yang rela merawat dan
mencintai Barman apa adanya walaupun sebenarnya Braman usianya sudah hampir
habis dimakan waktu akan tetapi semua itu dilewati dengan penuh canda tawa
serta kebahgian, dan walaupun Barman telah mengetahui bahwa Popi adalah seorang
Kupu-kupu Malam.
Suatu hari, ketika Barman
berjalan-jalan di seputar pegunungan itu, ia bertemu dengan seorang lelaki yang
sama tuanya. Lelaki yang mengaku sebagai penjaga bukit itu juga bermaksud hidup
dalam kesepian dan meninggalkan sebagai orang yang sudah tak mau peduli dengan
kehidupan duniawi. Ia tak mau
terikat oleh berbagai keinginan, termasuk juga hasratnya pada perempuan. Dengan demikian, Humam jadi tampak begitu
merdeka, bebas berfikir, dan bebas dari keinginan-keinginan. Suatu karakter
yang amat bertolak belakang dengan Barman yang masih terbelenggu berbagai
kebutuhan fisik dan psikis. Saudara kembar yang masing-masing mempunyai tujuan
dan pandangan hidup yang sangat berbeda.
Perjumpaannya dengan Humam
lelaki yang dianggapnya aneh itu, membuat Barman mulai memprtanyakan keberdaan
dirinya. Makin terkejut lagi,
saat ia melihat sahabat barunya itu meninggal. Humam meninggal dalam keadaan
damai meskipun ia hidup sendiri dan sepi. Pemandangan tersebut ternyata telah meniggalkan
kesan yang dalam bagi Barman. Lebih dari itu muncul pula pemikiran baru dalam
dirinya. Mendadak ia merasa begitu bergantung kepada istri mudanya. Dan ia
ingin lepas ingin bebas. Ia memang sangat mencintai Popi. Namun, pengalaman
barunya dengan Humam, juga tak dapat dilupakannya. Ia ingin melepaskan bebas
dari milik kita, maka kita telah membebaskan diri. Inilah kesadaran baru yang
mulai diresapi oleh Barman.
Popi bukan tak merasakan
perubahan itu. Ia cemas bagaimanapun, perubahan sikap Barman sedikit banyak
akan berakibat juga pada kehidupan Popi selanjutnya. Ia mulai merasakan
kebahagiaan tersendiri hidup dengan Barman. Ia takut perubahan pada diri
suaminya akan berakibat buruk dan merusak kebahagiaannya. Oleh karena itu,
untuk menyenangkan suaminya, Popi membiarkan Barman melakukan dan berbuat apa
saja sesuai denagn keinginannya, termasuk keinginan lelaki tua itu untuk
mengikuti apa yang telah dilakukan Humam.
Barman kini hidup dengan
segala kebebasannya. Dengan cara memerdekakan dirinya dari belenggu
keinginan-keinginan yang bersifat materi, lelaki tua itu merasakan kedamaian.
Ia merasa bahagia. Timbul keinginannya agar orang lain pun mengikuti jejaknya
menemukan kebahagiaan sebagaimana yang ia rasakan. Barman lalu mewrtakannya
kepada setiap orang. Maka, para penduduk di sekitar pegunungan itu pun
berdatanagn meminta petunjuknya. Belakangan, makin banyak orang datang
kepadanya, barman justru dihinggapi kebingunan. Ia tak tahu berita apa yang
harus disampaikan kepada mereka. Dalam kebingunan itu, akhirnya ia berteriak
dengan suara yang amat menyayat hati.
Seketika itu orang-orang
mencari keberadaan Barman, tapi apa boleh diakta Barman pun ditemukan dalam
keadaan yang sudah tidak bernyawa. Orang-orang pun hendak membawanya kevila dan
mengabarkan berita kematian Barman kepopi akan tetapi popi pun sudah tidak
diketahui keberadaanya apalagi ketika terakhir Popi menghilang bersama dengan
supir truk.
Analisis makna
Dalam novel Khutbah di Atas Bukit terdapat beberapa
fenomena kejiwaan yang nampak dalam perilaku tokoh-tokohnya. Novel ini
mengisahkan kehidupan seorang tokoh yang bernama Barman. Dia adalah seorang
pensiunan diplomat yang ditinggal mati istrinya sejak anaknya Bobi masih kecil.
Bobi menyuruh ayahnya itu menghabiskan masa tuanya disebuah bukit. Disana
Barman ditemani perempuan cantik bernama Popi. Di bukit itu Barman menghabiskan
waktunya dengan Popi yang selalu membuat dia bahagia.
Pada suatu saat Barman
berkenalan dengan Humam. Humam mengajarkan banyak hal pada Barman. Ketika Humam
meninggal, Barman mendapat warisan rumah Humam. Barman sering menghabiskan
waktunya di rumah itu. Barman ingin hidup seperti Humam yang tenang, damai, dan
bahagia. Tak lama Barman mempunyai
banyak pengikut yang menginginkan kehidupan bahagia.
Barman mengajak para pengikutnya
ke atas bukit. Disana dia berbicara pada para pengikutnya bahwa “hidup ini tak berharga untuk dilanjutkan”.
Setelah itu Barman meninggal dan kematian itu mereka anggap sebagai pembebasan
yang sempurna.
Novel ini juga membahas
masalah wanita. Hal ini dibuktikan dengan tokoh wanitanya yang bernama Popi.
Popi dulu adalah seorang tuna susila yang kemudian dia mengabdikan hidupnya
pada Barman. Tapi setelah kematian Barman, Popi kembali pada kehidupannya dulu.
Selain Barman dan Popi masih
ada lagi tokoh yang bernama Bobi. Dia adalah anak Barman. Bobi adalah anak yang
benar-benar berbakti pada Ayahnya. Dia sangat perhatian dan menyayangi Ayahnya.
Apapun yang diinginkan Ayahnya selalu dia turuti.
Tokoh Bobi ini menggambarkan
betapa sayangnya anak terhadap orang tuanya. Seorang anak yang yang
menginginkan orang tuanya merasa tenang dan damai dalam masa tuanya. Selain
itu, dia juga seorang anak yang ingin membalas kebaikan Ayahnya selama ini.
Identitas buku
No : 4
Judul : Canting
Pengarang : Arswenda Atmowiloto
Penerbit : Gramedia
Tahun terbit : 1986
Tahun terbit : 1986
Sinopsis:
Raden
Ngabehi sentorokusumo seorang pengusaha batik tradisional yang dibuat dengan
menggunakan canting yang terletak didaerah surakarta, dia juga mempunyai
keturunan seorang bangsawan atau masih memiliki ikatan darah dengan para
kerabat kraton. Pak bei memutuskan untuk menikahi seorang gadis kampung atau
gadis buruh yang bernama tuginem yang status sosialnya sebagai buruh batik
keluarga ngabehi sentrokusumo yang akhirnya setelah menikah dipanggil dengan Bu
Bei. Keputusannya itu di tentang oleh keluarga ngabehi sentorkusumo akan tetapi
pernikahan pun tetap berjalan. Rumah tangga keluarga Ngabehi Sentrokusumo
sangat harmonis. Bu bei memperjuangkan usaha batiknya dengan sangat gigih
sehingga semua kalangan tahu akan keberadaan dan kualitas atau eksistensi batik
canting dari berbagai daerah di pulau jawa, yang diantaranya semarang,
pekalongan, Surabaya, Jakarta. Walaupun bu Bei telah menjadi sesosok wanita
yang mempunyai karir yang lancar dalam mengembangkan usaha batiknya, ia tidak
akan lupa akan tanggung jawabnya terhadap keluarga, yang suatu saat dia harus
mengurusi pekerjaan yang berhubungan dengan rumah tangga dan melayani suami dan
anak-anaknya.
Di
pasar kelewer lah semua wanita berlomba-lomba untuk berkarir, bagi mereka pasar
kelewer adalah tempat berkarya dan seolah berkata “Akan aku buktikan pada dunia bahwa wanita dapat
hidup selayaknya laki-laki, bekerja dan mengurusi semua pekerjaan rumah tangga
dengan memanfaatkan keterampilan dan kemampuanya untuk hidup dan berkarya”. pasar kelewer mempunyai sejarah
yang sangat berharga bagi para wanita. Pasar Kelewer mempunyai karisma sendiri
dikalangan para wanita karena di sanalah mereka melepaskan keluh kesah atau
sebagai obat penenang untuk menghilangi rasa penat dalam mengurusi rumah tangga
walaupun sebenarnya tidak ada keluh kesah dari mereka dalam mengurusi mereka.
Seiring perkembangan zaman dalam Batik canting pun mengalami penurunan
kuantitas angka siklus penjualan, penurunan tersebut karena faktor daya saing
dari beberapa perusahan industri batik besar, daya beli yang turun dikarenakan
tingginya harga batik canting yang ditawarkan dibandingkan batik yang
diproduksi perusahan batik industri besar yang menggunakan alat perinting atau
alat pencetak batik, lain dengan printing lain juga denagn canting, batik
canting diproduksi sangat tradisional butuh beberapa hari dalam pembuatanya,
proses pembuatanya denagn penuh kesabaran dan ketelitian, akan tetapi hasil
yang dijanjikan sebenarnya lebih bagus sedikit dari batik printing.
Keterbatasan akan hasil daya beli konsumen terhadap batik printing akhirnya
membuat Bu Bei sedikit frustasi dan Bu bei mengalami sakit yang berkepanjangan,
walaupun keadannya yang sakit akan tetapi dia tidak mau menyerah dia terus berfikir
bagaimana caranya untuk membuat masa kemasan lagi bagi batik canting atau
mengeksistensikan lagi batik canting, dari berbagai macam cara untuk
memperkenalkan batik canting akhirnya dia memutuskan untuk merubah nama batik
canting dengan nama canting daryono.
Keputusan akan merubah merek dari
batik canting menjadi Canting Daryono lambat laun menjadi nampak akan
pergerakannya, dan seiring itu juga batik mereka mulai dikenal oleh beberapa
turis asing. Melihat perkembangan yang sudah mulai kelihatan walaupun belum
meningkat secara signifikan akan tetapi mereka terus berusaha untuk
melestarikan batik tersebut. Dan hingga akhir penghujung NI pun menikah dengan
hermawan seorang pria yang sudah lama menjadi kumbang dalam hatinya yang
pernikahannya diadakan pada saat selamatan setahun meninggalnya Bu bei.
Analisis Makna
Novel ini banyak terdapat suatu nilai-nilai kebudayan yang dapat diambil
pelajaran, dengan membaca novel ini secara tidak langsung kita dapat mengetahui
suatu kebudayan adat jawa, dari perilaku etika bersosialisasi, berkomunikasi
bahkan kita dapat melihat tingkatan-tingkatan sosial atau strata social pada masyarakat budaya jawa, di samping itu novel ini
juga menjelaskan tentang tinjauan femenisme yaitu usaha pemahaman perempuan
atau wanita seperti tercermin dalam karya sastra. Dalam novel ini menceritakan
status sosial wanita dalam masyarakat dan keluarga, pada dasarnya di novel ini
menceritakan adat jawa yang pada saat itu masih menjunjung nilai
lapisan-lapisan dalam masyarakat sehingga memberikan deskriminasi terhadap
kesenjangan masyarakat golongan bawah atau pekerja buruh. Pada novel tersebut
wanita bukanlah siapa-siapa yang tugasnya hanyalah mengurusi rumah tangga dan
anak-anaknya. Namun dengan adanya Pasar Kelewer memberikan suatu yang sangat
berharga karena dengan adanya pasar kelewer dapat memberikan suatu kebebasan
berkarya dan berkarir. Pasar kelewer bukan hanyalah sebuah pasar yang setiap
pagi dan siang ramai dikunjungi penjual dan pembeli ketika malam hilang dimakan
kesenyapan, menurut para wanita, Pasar Kelewer adalah jati diri mereka, dan
hasil jerih payah itu mereka pun mampu menghidupi keluarganya, walaupun begitu
mereka tidak melupakan asal mereka yaitu sebagai Ibu rumah tangga yang suatu
saat melayani anak-anaknya dan suaminya. “Walaupun Bu Bei telah menjadi seorang
wanita karir ia tidak meninggalkan tanggung jawabnya sebagai Ibu rumah tangga.
Dia tetap melayani suami dan anak-anaknya dengan baik”
Identitas Buku
No : 5
Judul : Ronggeng dukuh
paruk
Pengarang : Ahmad tohari
Penerbit : Gramedia
Pustaka Utama
Tahun penerbit : 1998
Sinopsis :
Dukuh
paruk merupakan sebuah dukuh yang kecil dan menyendiri. Dukuh paruk mempunyai
seorang moyang yang dulunya sebagai bromocorah tetapi setelah meninggal
orang-orang dukuh paruk pun memuja kuburanya. Bahkan kuburanyapun menjadi
kiblat kebatinan mereka. Serintil merupakan seorang gadis kecil yang berumur
sebelas tahun yang mempunyai masa lalu yang menyedihkan, akan tetapi Serintil
mempunyai suatu kelebihan yang tak jarang dimiliki oleh orang-orang yaitu
menari selayaknya seorang ronggeng. Suatu ketika ada tiga anak laki-laki sedang
mencabut sebatang singkong di tanah kapur mereka adalah Rasus, Warta dan Dasun
setelah singkongnya telah tercabut mereka pun sibuk mengupasinya dengan gigi
mereka, seketika itu mereka melihat Serintil yang sedang asik menari sambil
mendendang beberapa buah lagu kebangsaan Ronggeng lalu mereka pun menghampiri
serintil dan ikut menari bersamanya.
Sakarya
adalah kakeknya Serintil beliau sangat menyangi Serintil apalagi semenjak
meninggalnya orang tua Serintil, kakeknyalah yang merawatnya. Pada waktu itu
Sakarya pun mengikuti gerak-gerik Serintil ketika menari, sungguh sangat
bangganya ketika melihat Serintil menari. Dan kakeknya pun berpendapat bahwa serintil
telah dirasuki oleh Indang Ronggeng.
Lalu
keesokan harinya Sakarya menemui Kertareja seorang dukun Ronggeng didukuh
Paruk. Mereka pun membicarakn kepandaian Serintil dalam menyanyi dan menari Ronggeng.
Namun beberapa hari kemudian Sakarya dan Kartareja selalu mengintip Serintil
ketika menari dibawah pohon nangka. Lalu Sakarya pun menyerahkan Serintil
kepada Kertareja itu merupakan salah satu syarat dukuh paruk yang mengatur
perihal seorang calon Ronggeng .
Sudah
dua belas tahun Ronggeng Dukuh Paruk
telah mati adapun perkakas-perkakas yang selama ini mengiringi pementasan
Ronggeng pun hampir rusak akan tetapi masih bisa digunakan, dan kini mulai
mempersiapkan pementasan Ronggeng lagi setelah dua belas tahun telah hilang dan
kini yang menjadi penari adalah Serintil, Serintil pun didandani oleh Nyi
Kertareja selayaknya seorang Ronggeng dan tidak lupa Nyi Kertareja meniup
matera pekasi keubun-ubun Serintil matera yang berkasiat meberikan suatu aura
kecantikan dari yang sebenarnya. Dan beberapa susuk emas dipasang oleh Nyai
Sakarya di tubuh Serintil.
Bukan
main senangnya hati masyarakat Dukuh Paruk ketika mendengar Kertareja brsuara
akan melakukan pertunjukan Ronggeng. Lalu Serintil pun mulai melenggak-lenggok
di atas panggung selayaknya apa yang dilakukan para Ronggeng dipentas
pertunjukan bahkan Serintil pun mepertunjukan kemampuan menarinya yang sangat
propesional dan melantunkan gerak-gerik yang secara umum sulit dilantunkan oleh
penari-penari Ronggeng lainnya.
Kini
pun Rasus menyadari bahwa dia pun kini semakin kurang diperhatikan oleh Serintil,
akhirnya beberapa cara pun dilakukanya untuk mendapatkan kembali perhatianya
Serintil, Rasus pun mencoba memberiakn buah pepaya hasil curian dari ladang
tetangganya, akan tetapi Serintil pun hanya memberikan sebuah ucapan
terimakasih itu pun sangat menyakitkan. Lalu Rasus pun memberikan sebuah keris
kyai jaran Guyang.
Di desa Dawuan, tempat penuda
Rasus mengasingkan diri, dia banyak merenuang. Bayangan Srintil sebagai orang
bayang-bayang Emaknya yang melebur dalam diri Srintil memintanya untuk menjadi
suaminya, maka denagn tegas Rasus menolak. Karena rasus sudah memutuskan bahwa
biarlah dia mengalah dan biarlah srintil menjadi milik orang banyak, menjadi
ronggeng kebanggaan Dukuh Paruk.
Analisis Makna
Dalam novel RONGGENG DUKUH PARUK yang juga menggunakan pendekatan Feminisme dan
pendekatan Culture Satra.
Disini mengisahkan seorang
anak perempuan berusia 11 tahun yang akan menjadi ronggeng. Sebelum menjadi
ronggeng dia harus menempuh dua syarat yang salah satunya adalah malam bukak klambu. Malam bukak klambu adalah malam dimana seorang calon ronggeng memberikan
keperawanannya pada seorang lelaki yang mampu membayarnya dengan harga mahal. Rasus
laki-laki yang dicintai Srintil yang mendapatkannya karena kemauan Srintil.
Novel ini menggambarkan
seorang wanita yang bisa dinikmati laki-laki manapun atau perempuan yang
menjadi milik semua lelaki. Hal
ini sangat bertentangan dengan norma agama dan sosial. Tidak sepantasnya
seorang wanita melakukan hal itu dengan lelaki yang bukan suaminya.
Tapi dalam kehidupan di Dukuh
Paruk, menjadi seorang ronggeng bukanlah hal yang tabu. Disini menjadi seorang
ronggeng adalah suatu kebanggaan tersendiri. Bahkan istri yang suaminya bisa
meniduri calon ronggeng pun juga merasa bangga. Dalam Dukuh Paruk tidak
mengenal batasan tabu. Perbuatan seksualitas jauh dari nilai sakralitas.
Ronggeng dalam novel ini juga
diceritakan tidak boleh menikah dan memiliki keturunan. Hal ini dikarenakan
jika rongeng hamil akan mengganggu pekerjaannya. Padahal Srintil sangat
menginginkan kedua hal tadi, tapi dia tidak bisa melakukannya. Istri dukun
ronggeng telah membuatnya tidak bisa mempunyai keturunan karena dia harus
melayani lelaki manapun. Perbuatan istri dukun ini sangatlah tercela. Dia sudah
merampas hak orang lain dan membuat orang tersebut menderita. Pada kodratnya
seorang wanita itu akan mempunyai keturunan, tapi tidak dengan Srintil. Dia
juga ditinggal pergi lelaki yang dia cintai. mendekati zinah sesungguhnya zina
itu adalah perbuatan keji dan munkar .
Dari segi agama sudah memberikan suatu
batasan-batasan dalm bergaul dengan sesama manusia apalagi berhubungan dengan
lawan jenisnya.
Identitas Buku
No : 6
Judul : Saman
Pengarang : Ayu Utami
Penerbit : Gramedia
Pustaka Utama
Tahun terbit : 1998
Sinopsis :
Berawal
dari pernikahan antara Sudoyo dan raden Ayu yang melahirkan seorang buah hati
kecil yang diberi nama Wisanggeni, wisanggeni tumubuh dan berkembang dengan
sangat baik dan ia menjelma jadi seorang pemuda yang tampan, beranjak dewasa
wisanggeni pun menjadi seorang pastur yang sangat ramah hingga pada suatu
ketika wisenggeni pun di pertanyakan orang-orang akan keberadaanya, hingga
orang-orang gereja pun mengira bahwa wisanggeni sudah tiada atau meninggal
dunia, ternyata setelah beberapa tahun lamanya wisenggeni pun merubah
identitasnya dengan panggilan Saman dan dengan propesi sebagai pengacara yang
propesional yang tinggal di sebuah ibu kota propinsi Sumatra Selatan yaitu
Palembang.
Sesuai
dengan pekerjaan seorang pengacara, saman pun mendapatkan suatu order dari
temannya yaitu laila yang melaporkan permasalahan yang dihadapi oleh temannya
yaitu Sihar. Sihar adalah seorang Insinyur yang berpropesi sebagai analisis
kandungan minyak di perusahaan pertambanagn minyak Seis Modyese, dan sihar pun
menceritakan duduk persoalanya kepada saman selaku pengacaranya.
“Ketika
itu tejadi ledakan yang sangat dasyat yang menyebabkan salah seorang teman
sihar meninggal dunia, ledakan itu dikarenakan kutup peredam yang meledak di
mulut sumur tersebut, yang semua itu semata-mata karena ulah dari Rosana yang
dikenal oleh orang-orang dengan sifatnya yang antagonis yaitu egois dan suka
berbohong.” Setelah mengetahui permasalahanya, Saman pun mulai mencari celah
bagaimana caranya untuk memenangkan sidang pengadilan tersebut. Dari berbagai
upaya untuk menjatuhkan Rosana, akhirnya Saman pun memenangkan Sidang tersebut,
sihar pun merasa puas dengan kemenangan dipengadilan itu.
Sihar
dan Laila merupakan seorang sepasang kekasih yang saling mencintai, hingga pada
suatu ketika laila pun rela menyerahkan sebuah mahkota kesuciannya dijamah oleh
kelembutan dan belaian kasih sayang Sihar, perbuatan mereka seolah menjadi
suatu rutinitas yang tanpa adanya suatu batasan-batasan walaupun sebenarnya
mereka belum Diikat oleh sebuah Ikatan suci yaitu sebuah pernikahan. Dan pada
akhirnya Laila pun kecewa terhadap sihar walaupun sebenarnya laila masih
mencintai sihar, laila kecewa dengan sihar karena sihar yang dicintainya
menikah dengan wanita lain.
Analisis Makna
Di
dalam cerita novel yang berjudul ”Saman” banyak berbgai pelajaran yang dapat di
ambil, salah satunya dari segi penokohan, Nilai moral, nilai Sosial yang secara
eksplisit kita dapat menjumpai pada setiap cerita. Dari segi penokohan kita
dapat mempelajari karakteristik tokoh yang diperankan dalam novel ini, sehingga
dari apa yang didapat memberikan suatu pelajaran. Dari segi Moral dalam novel
tersebut menceritakan persetruan antara seorang kekasih dalam berhubungan yang
tidak selayaknaya dilakuakn oleh sepasang kekasih yang belum mempunyai hubungan
atau sebuah ikatan resmi. Di dalam novel ini mendeskripsikan pada ketiga tokoh
wanita yaitu leila, yasmin dan shakantala yang rela menmyerahkan sebuah
keperawanannya kepada orang yang belum mempunyai ikatan resmi dengannya,
walaupun sebenarnya kedua-duanya saling mencintai, begitu juga hubungan antara
Saman dan Yasmin walaupun sebenarnya yasmin sudah menikah akan tetapi mereka
seolah melupakan apa yang telah ditetapkan. Dari segi sosial kita dapat melihat
adanya suatu hubungan yang terlarang dalam sebuah pergaulan yang semestinya
tidak layak dilakukan. Dalam prspektif feminisme menilai bahwa adanya suatu
upaya dalam mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan dari karya sastra itu
sendiri. Ketika mengkaji novel tersebut dengan menggunakan prspektif feminisme
banyak yang tidak relevan dengan cerita yang terdapat dalam novel tersebut yang
lebih menonjolkan dalam tokoh-tokoh wanita yang secara eksplisit melecehkan
kaumnya sendiri, salah satu contoh bentuk yang semestinya tidak dilakukannya
adalah mereka melakukan seks dengan pasangan yang bukan resminya, mereka
semata-mata hanya mendaya gunakan bahwa yang mereka lakukan hanyalah sebuah
”Cinta dan Sayang” akan tetapi di balik
semua itu mereka hanya menginginkan sebuah kepuasan yang sesaat yaitu berupa
nafsunya belaka. Demi untuk memenuhi suatu kepuasan biologis dia rela
menyerahkan sebuah keperawanan yang sanagt berharga yang dia miliki yang suatu
saat keperawanan itu akan diberikan kepada suaminya akan tetapi mereka melecehkan
harga diri kaum wanita dengan memudahakan kesucian yang dia miliki di berikan
kepada pasangan yang bukan resminya. Di dalam tinjauan agama jelaslah bahwa
semua perbuatan itu adalah perbuatan maksiat yang haram dilakukan oleh manusia.
Adapun seperti surat
Al-Isra ayat 32:
Janganlah
kamu mendekati zinah sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji dan munkar .
Dari
segi agam sudah memberikan suatu batasan-batasan dalm bergaul dengan sesama
manusia apalagi berhubungan dengan lawan jenisnya.
Identitas buku
No :
7
Judul :
Harimau-harimau
Pengarang :
Mochtar Lubis
Penerbit : Yayasan obor Indonesia
Tahun terbit : 2003
Tahun terbit : 2003
Sinopsis :
Ada sekelompok orang yang berkelana di sebuah hutan yang sangat keramat,
mereka adalah Pak balam, Pak Haji, Talib, Sutan, Buyung, Sanip dan Wak katok
mereka pergi kehutan mencari damar. Pagi itu mereka mulai memasuki hutan, di
dalam perjalanan mereka sangat gembira walaupun beban dipundak mereka berupa
alat-alat perlengkapan tambang seperti cangkul, skop dan beberapa karung, serta
parang. Pada kesempatan itu Wak Katok membawa senapan api yang sudah sangat
tua, Buyung sangat suka membawa senjata api itu dan di lain kesempatan buyung
pun mebersihkan senjata itu dengan sangat teliti hingga ujung laras senapan itu
tampak berkilauan. Diperjalanan yang panjang walaupun secara fisik mereka
sangat kelelahan, akan tetapi mereka berusaha untuk tidak menunjukan kelelahan
itu, mereka saling menghibur. Setiap malam datang mereka selalu berhenti untuk
tempat beristirahat, mereka mendirikan pondok-pondok untuk bermalaman, pada
malam datang seperti ini setiap orang menunjukan kemampunan mereka atau
pun pengalaman mereka. Tak heran pada
malam itu letih yang menyelimuti tubuh serasa hilang dan lari menjauhi mereka.
Canda dan tawa menghiasi malam itu di depan kobaran api. Setelah matahari
menduduki tempatnya malam, mereka pun bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan
hingga sampai ditempat tujuan. Setelah sampai di tempat tujuan mereka pun
melakukan niat mereka semula yaitu mencari damar sebanyak-banyaknya. Setelah
terkumpul banyak mereka pun bersiap-siap untuk pulang kedesa mereka. Dalam
perjalanan pulang mereka tidak melewati jalan pada waktu datang mereka melewati
hutan yang dihuni oleh orang yang sudah tua dengan isterinya itu karena dinilai
dekat menuju pulang, sebelum sampai di desa, mereka pun berniat untuk
beristirahat di tempat orang tua itu, adapun nama orang tua itu adalah wak
hitam, di desa mereka, wak hitam di kenal dengan orang yang mempunyai kemampuan
gaib dan sangat sakti. Di tempatnya wak hitam mereka pun terpesona melihat Siti
Rubiyah Isterinya wak hitam, Siti Rubiah sangat cantik sehingga memancarkan
pesona hingga ketujuh orang tersebut mabuk kepayang dibuatnya akan tetapi
mereka masih segan dengan Wak hitam, tetapi lain halnya dengan Wak katok dia
mencoba merayu Siti rubiyah akan tetapi Siti rubiyah menolaknya. Pagi itu
mereka pergi untuk melanjutkan perjalanan, baru sepermpat perjalanan ternyata
Buyung meninggalkan sesuatu yaitu Ia lupa memeriksa perangkap pelanduk yang
dipasangnya sewaktu berada di tempat Wak Hitam. Buyung pun segera kembali
ketempat Wak Hitam setelah perangkapnya dilihat ternyata perangkap itu pun
berisi seekor pelanduk. Buyung pun kembali melanjutkan perjalanan kembali akan
tetapi pada waktu sampai di tepi sungai dia melihat Siti Rubiah yang sedang
duduk sendiri berlayar pada lamunan yang tidak dapat disangka-sangka olehnya.
Buyung pun tak sengaja yang melihat seperti itu langsung menghampirinya dan
mencoba untuk menghibur Siti Rubiyah akhirnya kesediahan yang dialami Siti
Rubiyah terlepas, seperti burung yang terbang sangat riang setelah ribuan tahun
terkurung dikurungan sewaktu Ia menceritakan kesedihan dan kesepian selama Ia
tinggal bersama Wak Hitam, dan ribuan kehausan akan kebutuhan yang semestinya
didapati dari awk Hitam, akan tetapi dia baru mendapatkan semua itu dari
Buyung. Penuh pertimbangan seorang Buyung untuk membantu Siti Rubuiah dari
kesepiannya. Akan tetapi apa daya Buyung karena secara tertulis Siti Rubiah
adalah Isteri Wak Hitam dan sebelum kembali ke menyusul teman-temannya.
Buyung pun berjanji akan mencari solusi yang terbaik. Lalu Buyung melanjutkan perjalanannya kembali.
Setelah sampai ditempat perkumpulan dengan teman-temannya. Wak katok pun
mengajak buyung berburu rusa, menjelang malam tak kunjung mendapatkan buruan
lalu mereka memutuskan untuk berburu lagi setelah pagi tiba. Pagi telah tiba
mereka pun berburu lagi, pagi itu hari keberuntungan berpihak kepada mereka
karena dari kejauhan mereka melihat dua rusa, denagn bidikan yang sangat jitu
dari buyung sehingga Rusa pun mati. Rusa itu langsung dibawah tempat
penginapan. Setelah malam tiaba Pak Balam yang hendak buang air kecil di
pinggir sungai tiba-tiba diterkam oleh Harimau, Pak Balam pun akhirnya sekarat
karena kekuranagn darah, Wak Katok pun langsung memberikan perawatan yang
intensif kepada Pak Balam. Pak balam pun meronta-ronta dan seolah memberikan
suatu petuah agar orang-orang yang bersamanya untuk bertobat dan menceritakan
kesalahan-kesalahan yang dialami mereka dulu, akan tetapi tak seorang pun yang
mengaku, menurut pendapat pak Balam harimau yang menerkam dirinya adalah
harimau jadi-jadian yang diutus untuk mencabut nyawa bagi orang-orang yang
bersalah, akan tetapi pendapat itu ditentang oleh teman-teman yang lain. Dan ada
yang bilang bahwa harimau tersebut diutus oleh Wak Hitam karena Wak Katok
menggoda Siti Rubiah. Hingga dari ketujuh orang tersebut tinggal tiga orang
yang selamat dari terkaman Harimau yaitu Buyung, sanib dan Wak Katok akan
tetapi Wak Katok sebagai status tahanannya buyung dan Sanib karena niat jahat
yang dilakukan Wak Katok demi untuk memutihkan citra baiknya dimata orang-orang
desa apabila Ia sampai didesa.
Analisis Makna
Pada analisis Novel yang berjudul
Harimau-Harimau saya mencoba menggunakan pendekatan Psikologis sastra dan
Religi sastra. Pendekatan Psikologi sastra maksudnya melihat dari segi
perwatakan tokoh-tokoh didalam novel sastra baik itu pada waktu sebelum klimaks
dan setelah klimaks. Dalam Novel tersebut yang menjadi tokoh utamanya adalah
Buyung, Buyung yang mempunyai kepribadian yang sangat cerdas dan mampu menahan
segala sesuatu yang buruk dan lebih mencontohkan suatu moral dan cara berfikir
yang rasional dan bijaksana, hal ini dapat dilihat dari jalannya cerita ketika
Ia berusaha untuk menghilangkan rasa keamarahanya dan melakuakn sesuatu yang
baru, walaupun buyung sangat maraha kepada Wak Katok akan tetapi dia tidak
membalas Wak Katok denagn perbuatan yang semata-mata ditunjukan dalam
pelampiasan hatinya semata, dia pun ingat pesan dari Pak Haji sewaktu sebelum
meninggal ditembak Wak Katok adalah “Sebelum kalian membunuh harimau itu
bunuhlah harimau yang ada didalam hati kalian terlebih dahulu” . dari Segi
Religi Sastra maksudnya banyak sesuatu yang dipesankan lewat novel ini tenatang
pelajaran kerohanian adapun yang bersifat nilai-nilai kerohanian adalah: Pertama, Jangan mudah mempercayai orang
lain akan tetapi tidak juga untuk berburuk sangka terhadap orang lain. Kedua, Untuk membunuh Harimau, bunuh lah
harimau yang ada di dalam dirimu. Ketiga,
Janganlah mudah mempercayai sesuatu yang bersifat mistik. Dari ketiga itu
dapat dijelaskan yang pertama adalah pada novel tersebut digambarkan bahwa tong
kosong nyaring bunyinya yang dideskripsikan dari tokoh Wak Katok yang
menaggung-agungkan dirinya semata-mata untuk memperbaik citra dirinya dihadapan
orang-orang akan tetapi pada kenyataanya Ia tidak mempunyai suatu keahlian. Dan
masih yang pertama kita tidak boleh berburuk sangka terhadap orang lain
walaupun sebenarnya perlakuan yang orang lain perbuat merugikan kita akan
tetapi kita disuruh untuk tetap mencari kebenaran tanpa mendahulukan pikiran
buruk. Adapun dari yang kedua adalah Untuk membunuh harimau yang asli bunuh lah
harimau yang ada didalam hati mu. Dalam hal ini sangat memberikan nilai moral
karena kita secara tidak langsung mendapatkan suatu Inspirasi terhadap buasnya
pengaruh jahat lingkungan yang terjadi disekitar kita, untuk membunuh buasnya
kejahatan itu kita harus membunuh buasnya kejahatan yang ada didalam diri kita, karena didalam hati kita terdapat jutaan
perasan yang terpendam tidak akan kita ketahui. Yang ketiga adalah kita jangan
mudah percaya dan menggantungkan semua pada sesutu hal yang berbau mistik. Kita
harus menggantungkan kepercayan kepada Allah SWT walaupun dalam hal ini kita
tidak jug lupa untuk berusaha.
Identitas buku
No :
8
Judul :
Mereka Bilang Saya Monyet
Pengarang : Maesa Ayu Djenar
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2002
Sinopsis :
(Mereka Bilang Saya Monyet)
Orang-orang bilang bahwa aku
adalah orang yang aneh tubuh ku dan fisik ku akan tetapi mereka lebih dari
buruk bagi ku, akan tetapi sebenanya tindakan mereka lebih buruk dari apa yang
aku alami mereka pernah bilang bahwa pikiran-pikiran mereka adalah akal akan
tetapi pikiran-pikiran tersebut tidaklah mereka gunakan pada kenyataanya.
Dilain kesempatan mereka mencemooh diri ku. Mereka bilang bahwa akua adalah
seekor monyet yang berkaki empat, entah apa yang harus ku perbuat ketika
melihat orang-orang yang melakukan sesuatu diluar batas kode etik dan
bermandian gemerlap kenistaan dan dosa. Aku mencoba untuk berteriak dan berkata
agar supaya mereka melakuakn sesuatu dengan semestinya. Akan tetapi mereka pun
malah menyerang dan menatap ku denagn tatapan yang tidak bersahabat. Tidak
sampai disitu mereka pun mencoba untuk menjerumuskan aku tetapi apa daya ku
untuk semua itu ketika aku dihadapkan oleh suatu kenyataan yang sangat pahit.
(Lintah)
Didalam cerpen ini menceritakan sebuah perjalanan
pahit seorang anak yang diduakan kasih sayang dengan ibunya oleh seekor Lintah.
Dimana pada lain waktu Lintah mencoba merebut perhatian anak tersebut dari
perhatian Ibunya. Lintah merupakan ilustrasi bagi pacar sang Ibunya yang karena
setiap saat Lintah tersebut semakin memakan darah Ibu, dan disaat yang
berlainan lintah pu diam-diam menggerogoti tubuh dirinya. Dan hingga akhirnya
sangat berat untuk menerima semua itu adalah bahwa ia harus menerima Lintah itu
sebagai Ayah tirinya karena Ibunya telah mengandung anak Lintah itu.
(Melukis Jendela)
Dalam cerpen ini menceritakan sosok anak
yang dimana sering menjadi budak nafsu para teman-temannya. Sehingga tokoh Myra
didalam cerpen ini sangat mendapatkan suatu beban atau setresing dengan melampiaskan semua itu denagn membuat sebuah jendela
yang diharapkan untuk masuk kedalam jendela tersebut dan lari bersama
Imajinasinya sampai di penghujung akhir dia masih belum mendapatkan kebahgiaan
dan kasih sayang dari orang-orang yang seharusnya mencurahkan kasih sayangnya
yaitu orang tua dan teman-temannya dan kini mayra tak diketahui dimana
keberadaanya.
Analisis Makna
Novel djenar maesa ayu dalam
kumpulan mereka bilang saya monyet, ini berkisar atau berlatar belakang ikhwal anak-anak
masih sangat remaja yang tidak berbahagia dalam keluarga, karena kurang
perhatian dan kasih sayang dari orang tua, atau karena ibu atau ayah yang lebih
mementingkan serta asik pada diri sendiri, atau karena telah kehilangan orang
tua di masa yang sangat muda, berikut pelecehan sexsual terhadap sang anak oleh
orang dekat dalam keluarga atau oleh lingkungannya (teman sekolah), dan
sekaligus menjedahkan respon atau akibatnya bagi para korban.
Dunia anak-anak adalah dunia
yang kaya dengan imajinasi. Maka adalah wajar dalam menghadapi penindasan dari
ibunya dan pacar sang ibu, sang anak dalam cerpen “Lintah” langsung
melebih-lebihkan ikhwal, “Ibu saya memelihara seekor lintah” dan seterusnya ia
mendongeng tentang kecintaan sang ibu kepada lintah lebih dari pada diri sang
anak, tentang lintah yang bisa membesar dan jadi ular dan membelah dirinya
menjadi banyak ular, tentang hubungan intim antara lintah dan ibunya, tentang
lintah dan ular itu menggerayangi tubuhnya diam-diam dan memperkosanya. Dan
bahkan akhirnya lebih dari itu, sang ibu mengandung karena lintah dan berniat
mengawini hewan tersebut.
Dalam cerpen “Lintah”
imaginasi berperan sebagai pembesaran terhadap realitas. Dengan pembesaran ini
sang anak mengharapkan simpati dari para pendengar kisah, yang mungkin akan
membebaskan dirinya dari realitas yang pedih. Dalam “Lintah” sang tokoh cerita
“saya” hampir tidak melakukan perlawanan apapun kecuali ketika ia berusaha
menyemprot lintah yang menjadi ular dikepala sang ibu dengan obat seranga.
Berbeda dengan ”Lintah”, dalam
“Melukis jendela” mayra yang tak pernah melihat ibunya dan selalu tidak
mendapatkan kasih sayang ayah, dan berusaha menyelamtkan diri sendiri lewat
imajinasi dengan melukis ayah dan ibunya dari imajinasinya itu (lukisan ayah,
ibu) dia berangan-angan mendapatkan kasih sayang orangtuanya. Gagal dengan lukisan
ayah dan ibu, ia melukis jendela yang meberikan kebebasan kepada dirinya. Lewat
lukisan jendela itu ia bisa mendapatkan ventilasi kebebasan dan bahakan bisa
melakukan pembalasan imajinatif terhadap teman-teman sekolah yang telah
melakukan pelecehan seksual terhadap dirinya.
Lewat lukisan jendelanya itu ia bisa membayangkan
atau melihat dunia yang indah sesuai dengan hasratnya:
“mayra
melukis jendela, masuk dan menemukan dirinya berada disebuah taman indah penuh
warna-warni. Dua anak perempuan kecil menghampiri dan tersenyum kepadanya.
Wajah mereka mirip dengan mayra namun jauh lebih cantik. Pipi mereka merona
merah, kulit mereka putih bersih, baju mereka kenakan begitu indah dengan
mahkota bunga dikepala mereka. Mereka lebih mirip bidadari ketimbang anak manusia.
Mayra mengecup mereka dengan lembut dan menuntun mereka menuju kepelangi emas
bertahtakan mutiara. Seorang lelaki sudah menunggu disana. Merentangkan tangan
untuk memeluk mereka semua”.
Akhirnya bisa dikatakan,
terinspirasi dengan lukisan jedelanya, ia mengambil tindakan nyata membebaskan
diri dari kenyatan yang menghimpitnya. Ia meniggalakn rumah dan “mayra tak
pernah kembali”.
Identitas buku
No : 9
Judul : Keluarga permana
Pengarang : ramadhan K.H.
Penerbit : Gramedia
Tahun terbit : 1986
Tahun terbit : 1986
Sinopsis :
Sumarto
dan farida merupakan sepasang pengantin baru, namun kebahagiaan pun akhirnya
menyelimuti duka karena ketika itu farida jatuh pingsan, sumarto suami farida
pun nampak air muka yang gugup dan penuh kegelisahan, akhirnya sumarto pun
memanggil ibunya, melihat keadaan yang semakin parah farida pun dibawa ke Rumah
Sakit. Setiba di Rumah Sakit ida pun langsung ditangani oleh para dokter dan
hasilnya ida pun harus dirawat Di Rumah Sakit untuk di opname, menjelang malam
tiba kesepin yang menjadi kemelut selimut Rumah Sakit pada waktu itu menyertai
kegelisan Ida, dan setiba itu Ida pun mulai terbangun dari tidurnya untuk
mengambil air, lalu Ida pun terjatuh dan kepalanya membentur meja pembasuh,
sepontan suasana yang awalnya sunyi tiba-tiba menjadi ramai dengan sendirinya,
mendengar suara yang gaduh dari kamar ida perawat pun bergegas datang kekamar
Ida tapi Ida sudah tidak bisa di tolong lagi kini Ida pun meninggalkan
orang-orang yang dia cintai untuk
selama-lamanya.
Keluarga
sumarto pun dengan perasan sedih dan duka mengabarkan ke orang tuanya Ida bahwa
Ida telah meninggal sewaktu di Rumah Sakit, premana dan Saleha pun terkejut dan
air muka mereka sepontan seolah kain lusuh yang di gunakan untuk membersihkan
lantai air mata mereka mengalir bak tetesan hujan di musim kemarau, suasana
menjadi hening dan sepi, sempat terpikirkan oleh saleha ibunya Ida akan setatus
agama Ida yang sekarang beragama Katolik, walaupun sebenarnya Saleha pun tahu
bahwa Ida masuk Agama Katolik dengan terpaksa.
Tersentak
batin Saleha mulai berontak dan pikirannya pun kini riuh tidak terkontrol
sehingga mengakibatkan pertengkaran dengan suaminya, mereka mepersoalkan
tentang ketika pemakaman nanti Ida hendak dimakamkan dimana, di pemakaman
Sirnaraga tempat pemakaman orang Islam atau di pemakaman pandu tempat pemakaman
orang Kristen.
Tersentak
batin permana mengingat masa lalu Ida yang sangat menyedihkan tak jarang Ida di
pukul oleh permana, ketika itu permana bertengkar dengan Saleha karena suatu
masalah yang kecil, Permana pun marahnya setiap hari semakin jadi kini rumah
mereka seakan Neraka yang mebakar orang-orang yang ada di sekeliling rumah mereka. Akan tetai Saleha pun mulai mengetahui
kenapa belakangan ini permana sering marah-marah. Lalau Salehapun mulai menjelaskan
duduk permasalahan dengan prmana dan akhirnya permana pun sekarang sudah mulai
berubah dan jarang marah.
Permana
sekarang di pecat dari pekerjaannya, kini terbesit rasa akan kecemburuan
permana terhadap Saleha akan tetapi permana pun mulai menyadari perbuatanya. Pagi
itu ada seorang pemuda yang berpenampilan rapi dan meyakinkan dia adalah
Sumarto, ia bekerja di sebuah perusahaan Asuransi dan dulunya Sumarto juga
kuliah di Fakultas Kedokteran akan tetapi gagal, adapun kedatangannya adalh
untuk mondok di rumahnya permana. Permana pun smakin simpati terhadap Sumarto
dan semua itu akhirnya diceritakanlah ke saleha isterinya bahwa kedatangan
Sumarto adalah untuk mondok di rumahnya.
Suatu hari kedatangan Sumarto
lebih awal sehingga memberikan kesempatan Ida dan Sumarto untuk menjalin suatu
hubungan yang sanagt mendalam. Pagi itu permana kelihatan murung karena melihat
kedekatan hubungan antara Ida dan Sumarto, permana pun mulai menceritakan
kedekatan Sumarto dan Ida ke saleha akan tetapi saleha pun melepaskan semua itu
ke permana, pada esok harinya permana menemui Sumarto dan menyuruhnya untuk
pergi dari pemondokannya denagn alasan rumah itu akan dijual, Sumarto pun
sepontan kaget denagn keputusan permana karena kemungkinan untuk bertemu lagi
denagn Ida sangatlah sedikit, Sumarto pun menulis surat untuk Ida, surat itu
diletakan di bawa pot bunga di tempat kotak pos.
Malam
itu seperti biasa makan malam keluarga, akan tetapi kali ini tidak dihadiri
oleh Ida karena Ida sedang tidur-tiduran dikamar denagnkondisi yang bingung dan
sedih, melihat gelagat seperti itu saleha pun mnghampiri Ida kekamarnya sebelum
sampai dikamarnya Ida, Komariah pun memberanikan diri untuk menghampiri Saleha
dan mengatakan bahwa Ida sudah 2 bulan ini dia tidak Haid. Mendengar ceritanya
komariah penasaran di batin saleha seakan tak terbendung Saleha pun mulai
bertanya kepada Ida dan Ida pun awalnya bungkam seribu bahasa tapi akhirnya Ida
pun menceritakan semua kejadian itu. Seolah di jerat tali tambang di lehernya
Saleha pun akhirnya menceritakan peristiwa itu ke permana. Permana sanagt marah
hingga semua badanya terasa mendidih. Dan kini mulai terbedit pikiran saleha
dan permana untuk mengguguri janin yang
ada didalam kandungannya Ida, Ida pun dibawa ke seorang dukun , perut Ida dipijat
dan diberi ramua-ramuan, kesokan harinyua Ida pun mulai bereaksi perutnya
terasa sakit dan mengeluarkan darah melihat perkembangannya, permana langsung
mengabarkan ke saleha.mendengar kabar tersebut seanglah hati Saleha akan tetapi
beberapa saat perut Ida semakin parah dan tamnbah sakit melihat gejala yang
terjadi permana pun memberi beberapa pil yang diberikan oleh dukun tapi tidak
juga memberikan reaksi yang baik. Denagn keadaan terpakasa Ida di bawa ke Rumah
Sakit, melalui Bi Iah Sumarto mengetahui keadaannya Ida, Sumarto yang kaget
melihat keadan Ida yang semakin memburuk, sehingga membuat Sumarto menulis
surat ke permana tentang bahaya dan hukuman-hukuman apabila menggugurkan
kandungan, akan tetapi surat yang sengaja dikirim oleh Sumarto di baca oleh
Ida. Ida pun merasa sangat berdosa dengn telah apa yang telah ia lakukan.
Setelah
pulangnya dari Rumah Sakit Ida pun bertemu dengan Sumarto, adapun itikad baik
dari sumarto adalah untuk meminangnya, lalu Ida pun mulai menceritakan kepada
Ibunya tentang pertemuanya denag Sumarto serta itikad baiknya sumarto,
mendenagr penjelasan Ida Saleha menceritakan semuanya ke permana.
Permana
pun tidak menunjukan respond dan pada kesokan harinya Ida dipertemukan dengan
pastur lalu Ida pun dibaptis dan namanya berubah menjadi ”MARIA MAGDALENA”
setelah dibaptis pernikahan pun dilangsungkan rumah permana pun pada hari itu
sangat ramai dengan penuh kebahagiaan, dan pengantin peria pun datang kerumah
mempelai wanita. Namun itu mungkin yang terbesit dalam bayanngan saleha dan
permana hingga selang seminggu kebahgiaan itu kini datang kabar bahwa Ida telah
meninggal dunia. Ratapan dan tangisan tak habis di curakan hingga pemakaman pun
berlangsung dipimpin oleh pastur.
Analisis Makna
Di dalam Novel KELUARGA
PERMANA ini saya mencoba menganalisis
dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra dan pendekatan Religi sastra. Novel KELUARGA PERMANA mengandung
psikologi sastra maksudnya pendekatan yang melihat dari segi keperibadian atau
karakter dari penokohan baik itu dari segi klimaks dan dari segi permasalahan
dalam cerita. Dari yang bisa saya amati dari cerita tersebut adalah bagaimana
seorang tokoh di dalam novel tersebut adalah Ida mengalami suatu depresi atas
tekanan-tekanan atau Stersing di
dalam kehidupanya dari orang tuanya dan dari Batinya. Apa lagi dia harus
menerima kenyataan yang harus diterimanya ketika orang tuanya mengambil
konsekuensi yaitu menggugurkan kandungannya karena semata-mata untuk
menghindari suatu cemoohan dari masyarakat karena kehamilan Ida merupakan
akibat dari kecelakan semata. Apa lagi hal yang harus diterima dengan sangat
memberikan dampak kecaman yang berlainan antara kenyataan dengan batinnya.
Adapun dari Permana yang didalam cerita itu sering melakukan suatu yang tindak
berlibihan pada waktu marah dan ketika emosinya tidak terkendali. Kenyatan itu
juga dialami oleh Isteri Permana yaitu Saleha yang mendapat tekanan dari
suaminya sendiri akan tetapi karena kesabaran Saleha dia pun dapat mengatasi
permasalahan-permasalahan keluarga apalagi ketika itu Saleha tahu bahwa Permana
Suaminya mengalami tekanan-tekanan itu ketika dia dikeluarnya dari
pekerjaannya. Dari Unsur Religi sastra di dalam kehidupan sosial maksudnya dari
beberapa yang saya lihat adanya suatu Kebimbangan akan kenyatan yang dipilih
dengan batinniah seorang Ida yang rela mengorbankan Status keyakinan
beragamanya yang sewaktu didalam kandungan telah menyandang agama tersebut,
akan tetapi karena suatu kesalahan yang telah dia perbuat akhirnya merubah
suatu keyakinannya itu dan mengikuti kenyataannya yaitu berpindah agam menjadi
seorang yang beragama Katolik, walaupun kenyataan yang diharus diterima itu
pahit akan tetapi kenyataan yang ada dijalani dengan penuh konsekuensi. dari
kedua pendekatan tersebut munculah pendekatan moral yang berupa kesimpulan dari
makna tersebut maksudnya dari pendekatan ini kita harus mengerti bahwa setiap
orang mempunyai suatu Hak-hak dalam menjalani sesuatu dan melakukan sesuatu
walaupun sebenarnya didalam hak-hak tersebut ada sebuah batasan-batasan berupa
aturan yang semata-mata memberikan suatu arahan. akan tetapi kebebasan akan hak
itu dan aturan tersebut harus lah di seimbangkan dan jangan satu dengan yang
lain saling mendahului, hal inilah yang dapat memberikan efek yang kurang baik,
seperti didalam novel tersebut menjelaskan bahwa suatu batasan-batasan yang
berupa aturan yang dibuat oleh permana kepada Isteri dan anak-anaknya, sehingga
membatasi orang-orang yang menjalaninya menjadi kurang dalam berkarya dan
lebih-lebih dapat memberikan efek buruk bagi orang-orang yang menjalaninya
seperti yang dialami tokoh dalam novel tersebut yaitu Ida. Ida mengalami suatu
depresi dan beban-beban didalam batinnya dan akhirnya menybakan kematian yang
sangat teragis menimpa dirinya.
Identitas buku
No : 10
Judul : Ayat-ayat Cinta
Pengarang : Habiburahman EL
Sihrazy
Penerbit : Republika
Tahun terbit : 2007
Tahun terbit : 2007
Sinopsis :
Ada seorang pemuda yang berasal dari negara Indonesia
yang mempunyai keinginan untuk bersekolah di universitas tertua di dunia yang letaknya
berada di delta Nil yang sebenarnya untuk bersekolah ke delta Nil itu orang
tuanya harus menjual sawah yang sebenarnya warisan dari kakeknya. Akan tetapi
dengan keterbatasan tersebut ia dapat menyongsong masa hidupnya dengan mandiri
sehingga menjadikan hidupnya bahgia, pemuda itu tidak lain adalah Fahri tokoh
utama dalam novel ini. Fahri merupakan orang yang sangat di sayangi para
sahabatnya dan di lingkungannya karena setiap perilaku dan aktivitas yang ia
kerjakan selalu dicermatinya dan berdasarkan refrensi dari kitab-kitab dan
ulama, sehingga jarang yang memperlakukannya seperti memperlakukan musuh. Di
Mesir fahri tinggal di sebuah flat yang terbilang sederhana bersama
teman-temannya yang berasal dari Indonesia, walaupun di dalam flat yang terbilang
sederhana mereka tidaklah mengeluh dan bersedih melainkan mereka sangat bahgia
dan harmonis, mereka saling bahu –membahu saling memberikan sesuatu yang
terbaik untuk flatnya atau tempat tinggal mereka dan tidak pula mereka membagi
tugas dalam berbagi pekerjaan dan tanggung jawab tentang pekerjaan rumah.
Adapun yang tinggal diflat itu adalah hamdi, rudi, misbah, saiful. Saiful dan
rudi baru tingakat tiga dan mau masuk ketingkat empat, Sedangkan Misbah dan
Hamdi sedang menunggu pengumuman kelulusan untuk memperoleh gelar Lc. atau
Licence. Mereka semua telah menempuh ujian akhir tahun pada akhir Mei
sampai awal Juni yang lalu. Tinggal menunggu hasil ujiannya pada bulan Agustus.
Adapun fahri sekarang tinggal menunggu pengumuman untuk menulis tesis master di
Al Azhar. Hari demi hari selalu dilewati
dengan sangat terkontrol sehingga dalam pekerjaan yang akan dihadapinya sepuluh
tahun mendatang pun sudah direncanakan dengan baik, karena fahri terinspirasi
dari kata-kata “Hidup tanpa tujuan tidak akan membuat Kemajuan walaupun jalan
yang ditempuhnya jalan yang mudah, akan tetapi hidup dengan tujuan akan membuat
kemajuan walaupun jalan yang ditempuh dengan sulit” dan pada akhirnya fahri pun
menikahi seorang wanita yang bernama aisyah yang berlatar belakang keluarga
konglomerat, dengan ayah berdarah jerman dan seorang ibunya berdarah palestina,
mereka pun hidup bahgia namun hal yang sangat teragis adalah orang-orang yang
menyukai fahri tiba-tiba jadi berubah mereka tidak lain adalah wanita-wanita
yang dulu menyukai fahri akan tetapi mereka malu untuk menunjukan rasa sukanya
kepada fahri,.
Pertama adalah Noura adalah
seorang wanita mesir yang malang yang selalu disiksa oleh keluarganya yang
akhirnya di tolong oleh fahri karena fahri pun merasa iba melihat wanita yang disiksa,
dan akhirnya noura pun bebas dari penderitaannay dan menemui suatu keabadian
ketika para dokter menyatakan bahwa badrun bukan orang tua asli Noura, namun
kebaikan fahri di balas denagn suatu penghinaan hingga fahri dimasukan kedalam
penjara karena dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap Noura hingga hamil.
Yang kedua adalah Maria gadis cerdas yang beragama katolik yang hafal denagn
surat maria, maria mempunyai kepribadian yang manja, akan tetapi dia sangat
cerdas, menurut keterangan orangtuanya maria adalah gadis pemalu. Namun ketika
mendengar bahwa fahri telah menikah maria pun jadi jatuh sakit hingga tak
sadarkan diri, menurut keterangan dokter maria sakit diagnosa yaitu sakit
karena frustasi, dan para dokter menyarankan bahwa maria bisa sembuh kalau
mendengar seseorang yang sangat disayangnya ia adalah fahri, walaupun pada
akhirnya maria pun meninggal dunia, akan tetapi sebelum maria meninggal dunia
fahri pun telah menikahinya itu pun pada awalnya ditolak oleh fahri akan tetapi
itu semua adalah idenya aisyah istri fahri yang pertama, aisyah menyarankan ide
itu karena nasib fahri ada di tangan maria karena setelah noura mengajukan
surat peecehan seksual terhadap fahri kepengadilan, fahri pun tidak dapat
berbuat apa-apa, karena hanya maria saksi hidup yang dapat menyatakan bahwa
dirinya tak bersalah.
Analisis Makna
Novel Ayat-ayat Cinta
merupakan novel yang sangat kreatif dan memberiakn suatu Inspirasi lewat berbagai
mcam pesan dan pelajaran yang dapat diambil, ketika membaca novel tersebut,
ketika membaca novel tersebut secara eksplisit kita dapat menikmati dan
mendapat pengetahuan tentang suasana keindahan kota mesir, dari cuaca yang
sangat panas dan di akhir tahun cuaca dingin, dan berbagai macam adat istiadat
kebudayan masyarakat mesir dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Dan yang
tidak ketinggalan dari inti novel tersebut adalah berupa pelajaran moral yang
sangat ditanam denagn mendasari dari Al-Quran dan Al hadis, pengarang lewat
sosok fahri berhasil membidik pembaca dalam memperlihatkan atau mendeskripsikan
tingkah laku sosok nabi Muhammad lalu diimplementasikan dalam wujud keseharian
fahri dalam mengarungi bahtera kehidupan. Sosok fahri sangat memberikan suatu
nilai tambah karena perilaku dan dari berbagai macam pelajaran dari cerita tersebut
dapat di selesaikan walaupun semua itu yang dijalani dengan usaha yang gigih.
Dalam novel tersebut yang banyak lebih tampak adalah pesan-pesan moral yang
khendak disampaikan pengarang kepada pembaca bahwa untuk mencapai suatu hasil
yang maksimal haruslah denagn suatu usaha yang kuat. Disamping itu novel ini
juga menyisipkan aroma-aroma cinta, maksudnya bagaimana caranya agar sesorang
saling mencintai dan di sayangi, bagaimana caranya disayangi atau mencintai
menurut syariat Islam, novel ini beraroma percintaan yang diatur dan ditata
dengan agama, sehingga dapat dirasakan manfaat yang dapat diambil dari novel
ini dan pengetahuan tentang pola kebudayaan masyarakat mesir. Sehingga novel
ini merupakan Novel multi normatif. Pendekatan multi normatif adalah berbagai mcam norma yang terkumpul
jadi satu yang semuanya membentuk suatu keharmonisan dan saling keterkaitan
didalam karya sastra.
TUGAS PENGKAJIAN PUISI
”ANALISIS
10 KUMPULAN NOVEL”
Disusun Untuk memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah Pengkjian Fiksi
Disusun Oleh:
Irfad Taufiqurobbi
A310060053
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA, INDONESIA,
DAN DAERAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008
DAFTAR ISI
·
Para Priyayi
....................................................................................1
·
Kemarau ..........................................................................................2
·
Kutbah
di Atas Bukit .....................................................................3
·
Canting.............................................................................................4
·
Ronggeng
Dukuh Paruk.................................................................5
·
Saman...............................................................................................6
·
Mereka
Bilang Saya Monyet......................................................... 7
·
Harimau-Harimau..........................................................................8
·
Keluarga
Permana..........................................................................9
·
Ayat-ayat Cinta............................................................................10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar