ANALISIS
CERPEN NASIHAT – NASIHAT DARI KUMPULAN
CERPEN
ROBOHNYA SURAU KAMI
KARYA A.
A. NAFIS
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengkajian Fiksi
Dosen Pengampu : Dr. Ali Imran Al
Ma’ruf, M.Hum.
Disusun oleh :
Diyan Safitri A310080143
Ratna Ebti Rachmawati A310080153
Eprilia Kartika Sari A310080154
Eva Rahayu A310080167
Dewi Nafianti A310080178
PENDIDIKAN
BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
1. ANALISIS CERPEN DARI SEGI STRUKTUR DAN
MAKNA DENGAN TEORI SEMIOTIK
Studi semiotik
sastra adalah usaha untuk menganalisis sebuah sistem tanda-tanda dan karena itu
menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai arti.
Menurut Endraswara (2008a: 64) struktural semiotik muncul sebagai akibat
ketidakpuasan terhadap kajian struktural yang hanya menitikberatkan pada aspek
intrinsik, semiotik memandang karya sastra memiliki sistem sendiri. Karena itu,
muncul kajian struktural semiotik untuk mengkaji aspek-aspek struktur dengan
tanda-tanda.
Dalam analisis
ini menggunakan objek sebuah cerpen karya A.A. Nafis yang berjudul
Nasehat-Nasehat. Dalam cerpen ini diceritakan ada seorang anak muda bernama
Hasibuan yang meminta nasehat dari orang tua ketika ingin menemui seorang gadis
yang ia cintai namun sang orang tua melarang Hasibuan menemuinya karena orang
tua itu bilang si gadis ini tidak baik untuknya. Padahal nasehat orang tua itu tidak benar.
2. ANALISIS CERPEN DARI SEGI PSIKOLOGI
SASTRA
Psikologi dan
sastra berhubungan erat, sering kali tokoh-tokoh, situasi serta plot yang
terbentuk dalam novel atau drama sesuai dengan keberadaan psikologi, karena
pengarang kadang-kadang menggunakan teori psikologi dalam melukiskan tokoh
serta lingkungan (Wellek, Rene dan Austin Werren, 1990:106).
Pendekatan
psikologi adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu
saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Manusia senantiasa
memperhatikan perilaku yang beragam. Bila ingin melihat dan mengenal manusia
lebih dalam dan lebih jauh diperlukan psikologi. Di zaman kemajuan teknologi
seperti sekarang ini manusia mengalami konflik kejiwaan yang bemula dari sikap
kejiwaan tertentu bermuara pula ke permasalahan kejiwaan (Semi, 1990:76).
Tokoh Hasibuan
dalam cerpen tersebut menggambarkan sifat suka menolong yang tergambar ketika
ia mau menolong gadis desa itu, sifat perhatian yang digambarkan saat ia
melihat gadis itu menangis, dan tidak mudah menyerah untuk mencari tahu
kebenaran, namun disatu sisi pendirian dirinya masih suka goyah karena nasehat
– nasehat yang diutaraka orang tua.
Tokoh orang tua dalam cerpen tersebut menggambarkan sebuah sifat yang merasa
dirinya sangat pintar dalam memberi nasehat dan semua nasehatnya dianggap benar
karena menurut dirinya beliau sudah tua dan sudah banyak makan garam. Sehingga
menjadikan beliau sombong. Tokoh gadis yang ditemui Hasibuna dalam bis dalam
cerpen tersebut merupakan tokoh pembantu atau orang ketiga. Disini ia berperan untuk membantu
jalannya cerita.
3. ANALISIS CERPEN DARI SEGI SOSIOLOGI
SASTRA
Sosiologi sebagai studi yang ilmiah dan objektif mengenai
manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses
sosial. Oleh karenanya sosiologi
berusaha menjawab pertanyaan mengenai masyarakat dimungkinkan, bagaimana cara kerjanya
dan mengapa masyarakat itu bertahan hidup. Gambaran ini akan menjelaskan
cara-cara manusia menyesuaiakan diri dengan ditentukan oleh
masyarakat-masyarakat tertentu, gambaran mengenai mekanisme sosialisasi, proses
belajar secara kultural, yang dengannya individu-individu dialokasikan pada dan
menerima peranan-peranan tertentu dalam strutur sosial. Di samping itu
sosiologi juga menyangkut mengani perubahan-perubahan sosial yang terjadi
secara berangsur-angsur maupun secara revolusioner dengan akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh perubahan tersebut (Damono, 1978).
Dalam analisa cerpen ini yang menunjukan segi sosiolgi
yaitu dimana cerpen ini menggambarkan kondisi dan situasi latar yaitu di negeri
Minangkabau yang beradat, jika hilang bercerai, jika tenggelam diselami.tak
akan biarkan anak gadis yang sebesar itu pergi begitu saja. Di sini
Minangkabau, Hasibuan. Minangkabau Hasibuan. Minangkabau yang adatnya tinggi.
Tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan. Tidak terpikirkan olehmu sampai
sekian jauh?.
4. KAJIAN INTERTEKS SASTRA
Nurgiyantoro (1992:50) mengatakan bahwa kajian
intertekstual merupakan terhadap sejumlah teks sastra yang diduga mempunyai bentuk-bentuk
hubungan tertentu. Mengacu pendapat Nurgiyantoro tersebut, dapat dikatakan
bahwa kajian intertekstual mencakup sastra bandingan, yaitu studi hubungan
antara dua kesusastraan atau lebih (Wellek dan Warren, 1990 :49). Teeuw
(1988:145) menegaskan prinsip interteks berarti setiap teks sastra dibaca dan
harus dibaca dengan latar belakang teks-teks lain. Pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa teks sastra tidak berdiri sendiri. Teks sastra merupakan
bentukan dari teks yang lain. Ada jalinan antara teks yang satu dengan
teks yang lain.
Dalam cerpen
“Nasihat- nasihat ” ini terdapat tiga tokoh yaitu Hasibua, Orang tua, dan gadis
yang di temui Hasbuuan dalam bis.
Tokoh orang
tua dalam cerpen tersebut menggambarkan
sebuah sifat yang merasa dirinya sangat pintar dalam memberi nasehat dan semua
nasehatnya dianggap benar karena menurut dirinya beliau sudah tua dan sudah
banyak makan garam. Sehingga menjadikan beliau sombong.
Tokoh
Hasibuan dalam cerpen tersebut menggambarkan sifat suka menolong yang tergambar
ketika ia mau menolong gadis desa itu, sifat perhatian yang digambarkan saat ia
melihat gadis itu menangis, dan tidak mudah menyerah untuk mencari tahu
kebenaran, namun disatu sisi pendirian dirinya masih suka goyah karena nasehat
– nasehat yang diutaraka orang tua.
Tokoh gadis
yang ditemui Hasibuna dalam bis dalam cerpen tersebut merupakan tokoh pembantu
atau orang ketiga. Disini ia berperan untuk membantu jalannya cerita.
5.
KAJIAN FEMINISME SASTRA
Dalam
pengertian yang paling luas, feminisme adalah gerakan kaum wanita untuk menolak
segala sesuatu yang dimarjinalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh
kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan
sosial lainnya. Dalam pengertian yang lebih sempit, yaitu dalam sastra,
feminisme dikaitkan dengan cara-cara memahami karya sastra baik dalam kaitannya
dengan proses produksi maupun resepsi. Emansipasi wanita dengan demikian
merupakan salah satu aspek dalam kaitannya dengan persamaan hak. Dalam ilmu sosial
kontemporer lebih dikenal sebagai gerakan kesetaraan jender.
Dalam cerpen yang kami analisis terdapat pada kalimat
“Coba kau bayangkan kembali. Seorang gadis desa yang seharusnya pemalu, tahu adat, sopan, duduk
disamping seorang laki – laki tidak dikenal di atas bis. Omong – omong
sedikit dan sudah pasti tentang hal – hal yang tidak berarti. Lalu ketika
hendak berpisah, laki –
laki itu bertanya: ’mau kemana?’ Dan gadis itu menjawab dengan tegas:’Ke mana
Abang, ke sana aku’. Masya Allah. Tentulah gadis itu gila. Ya tentulah dia itu
gila,” kata orang tua itu seraya memandang kepada Hasibuan yang duduk di
hadapannya.”Apa kau tidak sadar, gadis itu gila”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar