TUGAS
Analisis cerpen Seorang Ayah Dan Anak Gadisnya
Kumpulan cerpen Jujur Pramanto
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Apresiasi Sastra
Dosen Pengampu Adyana Sunanda
Disusun Oleh :
DIYAN SAFITRI
A310080143
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
BAB 1
PENDAHULUAN
- LATARBELAKANG
Sastra merupakan hasil cipta
atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan
yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Selain itu
sastra juga merupakan hasil karya seseorang yang diekspresikan melalaui tulisan
yang indah,sehingga karya yang dinikmati mempunyai nilai estetis dan dapat menarik
para pembaca untuk menikmatinya. Karya-karya yang indah ini dalam sastra berupa
cerpen, puisi, novel dan drama.. Karya-karya yang menarik itu dapat
mempengaruhi jiwa para pembaca sehingga dapat menyelami dan seolah-olah hadir
dalam cerita tersebut.
- RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas
terdapat satu masalah yang perlu dikaji dalam penelitian ini, yaitu bagaimana
menganalisis cerpen yang berjudul Seorang Ayah dan Anak Gadisnya karya jujur
pramanto?
- TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis cerpen “Seorang Ayah dan Anak Gadisnya” karya Jujur Pramanto
dengan metode analisis struktural dan alalisis makna.
BAB 2
PEMBAHASAN
- SINOPSIS
Seorang anak kecil yang
bernama putty yang lahir ditengah-tengah keluarga kecil yang bahagia. Sartono
ayah putty yang mempunyai sifat penyabar. Pada saat itu putty
selalu saja menangis, dan sartono pun tak bisa menafsirkan makna dari tangisan putty
yang bertanda haus atau cuma kegerahan. Sejak putty dilatih mendengar namanya
sendiri, ”Putih Melati. Pu-tih Me-la-ti.”
Putty menirunya dengan suara keras, dan Nadia yaitu ibu putty segera
memberi asi kepada putty. Sartono tahu itu tak mungkin tapi dokter sudah mengatakan, dan itu tidak
apa-apa.
Putih melati tak lagi
menangis, tapi ibunya menahan sakit
karena gigitan anaknya yang sia-sia mengharapkan air susu. Tak seisap pun. Tak
setetespun. Lalu lebih banyak airmata yang jatuh. Sartono tak pernah mutlak
memahami apa tangis istrinya itu, sebab segala sesuatu cepat tenggelam dalam
suasana kerja suasana sehari-hari yang menghebat. Toh, secara pelan tapi pasti
putih melati tumbuh dan mekar, ia tak lagi Cuma bisa menangis dan tertawa tapi
juga menangis dan menertawai. Tak Cuma menjerit-jerit tapi juga
menjerit-jeritkan sesuatu.
Dan jeritan itu masih tersisa
sampai kini, knalpot mobilnya yang sangaja dirusak agar suara meraung-raung. Langkah kakinya
yang menghentak-hentak, memencet bel yang tak pernah kurang dari empat kali.
Sartono melangkah keruang depan. ’masuk! Tidak dikunci.’
Seorang gadis remaja lima belas tahun berkulit kuning, tinggi badan
seratus enam puluh limaan, berambut tebal agak pirang. Bercelana jins biru
kedodoran, t-strit mungil warna pink berleher lebar lengan pendek. Menghambur
kedalam begitu ia menguakkan pintu.
Putty menenggak kopi di meja. ”Ada acara gladi-resik show tari buat
besok. Pakai kostum lengkap, sekaligus tes make-up. Kalau make-up tanpa lipstik
sama aja bohong,kata putty. Sudah ada sebulan., butik langganan mama ulang
tahun. Mereka harga obral. Mama membelikan celana dengan harga tiga puluh ribuan.
Putty menyuruh ayahnya untuk menonton
di TIM pukul delapan mala. Dan putty pun membelikan karcis kusus buat
papanya.
Dan, yang membuat suasana agak senang adalah seonggok bakmi goreng,
didepan putty. Sartono sendiri mengambil rokok, menyulut dan mengisapnya pelan,
memperhatikan anaknya yang makan dengan lahap. Kalsau seperti ini putty nampak
terbebas dari segala pakaian yang mengurungnya. Kembali seperti putty yang
bocah, yang rasanya tak terlalu peduli lipstik dibibirnya akan luntur oleh
suapan minyak goreng.
Ini pula yang embedakan ia
dengan ibunya. Nadia kelewat anggun, tertatih semenjak kecil untuk selalu
menampilkan keanggunan seorang penari. Menari bagio dia bukan Cuma digedung berkesian,
tapi bahkan tiap jengkal ia berada adalah bagian dari panggung. Melangkah
menuruni anak tangga adalah menari, jemari memutar nomor-nomor telepon adalah
menari, samapai pada mengangkat sendok dan garpu , semuanya menjadi
tarian-tarian yang tak berkeputusan.
Lalu santoso hadir sebagai
pengagum tari. Pengagum setia tapi juga yang sadr kemudian bahwa pernik-pernik
kehidupan rumah tangga tak semuanya bisa diubah jadi tarian indag. Ada realitas
baru setelah itu, yamg tak seelok panggung pentas seni. Ada kesenjangan disana,
yang selama ini kabur oleh kekaguman –kekaguman membuai. Dan perasaan bahagia,
rupanya, tak harus berangkat dari kekaguman atas sesuatu seperti yang dirsakan
sartono kini melihat perilaku anaknya yang boleh jadi kurang beraturan.
”Ada apa, Pa, ngiatin putty?”
Sartono tersenyum, lalu mengalihkan pembicaraan. ”Kenapa tidak kamu bikin
saja acara di TIM itu sebagai karangan?
Kemarin dulu kamu bilang ada tugas mengarang buat minggu depan, bingung
mencari bahan,”
Tanggal 20 oktober ada
festifal kreasi Renaja di TIM. TIM-nya di Graha Bhakti Budaya. One-O-One Alfa
kasih tunjuk kemampuan juga. Sambutannya meriah. Saya berangkat dari rumah jam
lima sore, Mama sudah berangkat duluan karena panitia. Tidak diantara
papaBurhan karena sudah lama tidak pulang. Ke TIM rame-rame naik kombinya Alma.
Serulah pokoknya! Seragam kita paling geboy. Kena lampu makin gemerlap.
Grup-grup lain pada ngeper liat kita.
Saya mengajak papa ikut nonton. Saya menelpon papa jam
setengah delapan, tapi papa tidak ada. Saya menunggu terus tapi papa tidak
nongol-nongol! Papa brengsek.
”bahasamu lebih brengsek! Lihat, sambutanyya meriah. Saya berangkat dari
rumah... mana yang terjadi lebih dahulu? Mama sudah berangkat
dahuluan karena panitia. Panitia ini memperlakukan mama bagaimana,
sampai-sampai mama Panitia ini memperlakukan mama bagaimana, sampai-sampai mama
berangkat duluan?” ”maksudnya mama mesti pergi duluan , datang lebih awal
karena mama termasuk salah satu panitia penyelenggaraan festival ini.
Suatau saat sartono dan putty nonton bioskop bareng, hingga malam tak
satupun yang keluar juga taj mungkin tertelan dalam lenyap begitu saja. Tinggal
hati dan pikiran yang riuh berfikir, tercermin diwajahnya yang menegang. Lalau
corolla 72 warna coklat itu menyusuri jalan jakarta dealam diam, suara
kaset-kaset Cuma samar.
Banyak yang berubah, jadinya sering lupa hari. Papa mengajar ditrisakti
biasanya jum’at. Jadi ini serasa malam sabtu.
Tiba-tiba sartono bertanya kepada putty ”cowok kamu mama?”
Putty menjawab ”inikan sedang pacaran.” lalu begitu saja putty
menyandarkan badan dipaha bapaknya.
”cowok kamu mana ? berli aytau siapa yang makai mobil putih itu?”
Putty menjawab,,nggak tau.”
Kalau yang pakai kijang hijau itu candra, teman main biasa. Kalau yamh ku
bilang raksasa dulu? Donald. Payah. Cemburuan. Badan gede kelakuan nol.
Putty mengubah duduknya bersila menghadap kedepan. Dan putty secara
sengaja bertanya kepada sartono ayahnya,”kenapa papa sendiri tidak pacaran?”
Sartono menengok kesamping,
kali ini tanpa tawa. Memandang sesaat wajah ayahnya. Cuma sesaat. Tapi yang
sesaat ini cukup membuatnya tercekat. Putty sekarang bukan lagi Putih Melati
dua tiga tahun yang lalu. Bukan si sableng yang mengatakan serius pa?, hanya
akan mengatakan bahwa para guru benar-benar rapat dan ia pulang awal bukan
karena membolos (padahal memang membolos!), atau untuk mengatakan putty pusing
sekali,,( padahal hanya ingin menghindari pelajaran sejarah!”). Bukan pula
putty manja yang yang menjadi benar-benar serius hanya bilang
menstruasinyaendatangkan rasa sakit dan merasa dirinya celaka oleh
kewanitaannya.
Putty bertanya,kenapa pa?”
Begitu tajam pertanyaan itu.
Begitu menuntut. Putih Melati bukan Cuma serius, tapi telah mrenjadi lebih
dewasa. Mungkin juga menloncat menjadi dewasa. Namun paling tidak dengan akan
gadisnya sartono harus memberikan jawaban yang paling jujr, sesederhana apapun.
Sartono menjawab,”papa tidak punya pacar.”
”papa tidak kepingin nikah lagi”
”ya, tapi nanti.”
”nanti kapan pa?”
Kelihatannya mama mau cerai sama papa burhan. Setelah urusan
pengadilan selesai, mama mau pindah keamerika.
Kali ini sartono terpaksa membelokkan mobuilnya kejalur lambat dan
merambat tak lebih dari tiga puluh kilo meter perjam. Memberi kesempatan
paru-parunya menghirup udara sedalam-dalamnya.
Jakarta dimalam minggu
tergambar pada jalannya yang riuh, tapi tidak tergesa-gesa. Bis kota- bis kota
seperti biasanya penuh, mengangkut orang-orang yang berdandan agak istimewa.
Wajah- wajah kuyu diusiang hari berganti dengan muka berkeringatanak-anak kecil
yang melongok-longok keluar jendela. Berebut tempat dengan saudaranya .
Putty menggeleng lremah, sartono menarik napas panjang. Lalu denga segan
ia mencari tempat pemutaran. Membelokkan mobilnya kekanan, berhenti sesaat
tapi,,
Kerumah siapa?
Tak ada jawaban. Balasan sorot lampu mobil dari arah lawan kelewat
menyilaukan hingga sartono tak bisa jelas melihat wajah putty. Juga tak bisa
menyaksikan setetes air mata yang jatuh membasahi wajah murungnya.
- ANALISIS
a.
ANALISIS STRUKTURAL
Analisis
dari segi struktur cerpen “Nasihat – Nasihat” meliputi tema, penokohan, alur,
latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.
1.
TEMA
mengisahkan
tentang kehidupan seorang Ayah yang mempunyai seorang anak gadis yang mempunyai
kesengan menari. Tapi dengan adanya masalah diantara Ayah dan Ibu gadis itu,
Gadis itu dituntun untuk lebih dewasa dalam mengarungi kehidupan.
2.
LATAR/SETTING
setting dalam
cerita ini adalah
a.
rumah
Disini
diceritakan bahwa putty lahir ditengah-tengah keluarga kecil.
b.
gedung Grha Bhakti Budaya
disini
diceritakan bahwa gedung Grha Bhakti Budaya adalah tempas putty mempertunjukkan
tariannya.
c.
kota jakarta
tempat putty dan
sartono (Ayah Putty) menghabiskan malam minggu berdua.
3.
PENOKOHAN
·
ayah (Sartono)
seorang
laki-laki yang mengasuh anak perempuannya yang bernama putty. Dan ia bekerja
sebagai pengajar di Trisakti
·
Putih Melati (putty)
Seorang anak
gadis yang mempunyai kesengan menari, mengikuti bakat ibunya yang suka menari.
Seorang gadis remaja yang bergaya seperti orang dewasa karena situasi yang
menuntutnya harus bersikap dewasa.
·
Nadia (ibu putty)
Seorang ibu yang
pekerjaannya sebagai penari, dan ia hidup denga suami keduanya yaitu Burhan.
Tapi suatu saat ia pun bercerai dengan Burhan.
4.
ALUR
Alur dalam cerpen berjudul Seorang
Ayah Dan Anak Gadisnya ini menggunakan alur lurus. Karena cerita ini berawal
dari seorang Ayah yang sangat menyayangi anak gadisnya, dan membesarkan anaknya
sendiri karena sudah bercerai dengan istrinya. Setelah anaknya (putty) beranjak
dewasa akhirnya ia pun mengerti akan masalh yang dihadapi oleh kedua
orangtuanya. Tapi putty bisa menyikapinya dengan dewasa.
5.
SUDUT PANDANG
Dalam cerpen ini pengarang
menggunakan sudut pandang orang ketiga, karena pengarang menceritakan tentang
kehidupan orang lain dengan berbagai konflik atau problem yang ada pada
masing-masing tokohnya. Hal ini telah terbukti dengan penggunaaan tokoh Ayah, Putty,
dan Nadya (Ibu putty).
6.
GAYA BAHASA
Gaya bahasa yang ada pada
cerpen Ayah Dan Anak Gadisnya ini menggunakan beberapa majas, contonya pada
kalimat ”Bis kota- bis kota seperti
biasanya penuh, mengangkut orang-orang yang berdandan agak istimewa” dalam kalimat
tersebut jelas menggunakan majas personifikasi. Dan selain itu dalam cerpen ini
juga menggunakan bahasa yang menarik
7. AMANAT
dalam cerita
cerpen tersebut mengandung pesan dan amanat yang disampaikan melalui para
tokoh-tokohnya.
a.
Tokoh ayah
Dalam cerpen ini
ayah memberikan pesan yaitu sebagai seseorang harus tegar dalam menghadapi
persoalan. Meskipun hidup serba susah tapi demi seseorang yang sangat kita
cintai harus tetap diperjuangkan.
b.
Putty
Dalam cerpen ini
Putty memberikan pesan yaitu bahwa sebagai seseorang harus bisa lebih dewasa
dalam menyikapi suatu masalah.
c.
Nadya (Ibu Putty)
Dalam cerpen ini
Nadya memberikan pesan yaitu bila
meninggalkan seseorang janganlah melupakannya. Karena tanpa kita sadari
ternyata orang tersenut sangat berarti dalam hidup kita.
- DARI SEGI ANALISIS MAKNA
KESIMPULAN
Analisis
makna yang digunakan untuk mengidentifikasi cerpen berjudul Seorang Ayah Dan
Anak Gadisnya menggunakan pendekatan psikologis. Dikarenakan faktor psikologis
disini lebih kental. Seorang ayah dan anak gadisnya menggambarkan tentang
kehidupan sebuah keluarga kecil yang sederhana yang pada suatu saat harus
mempunyai problem pada keluarganya dan akhirnya terjadi perbedaan diantara
mereka.
Sartono
adalah seorang ayah yang baik, ia mendidik anaknya dari kecil hingga dewasa
dengan penuh kasih sayang. Tokoh sartono pada cerita ini adalah sebagai seorang
laki-laki yang hidup bersama seorang anak gadisnya yang bernama putih melati.
Karena didikannya putih melatipun menjadi seorang anak dewasa yang mempunyai
bakat menari yang hebat. Sartono yang melihat tumbuh kembang anak gadisnya dari
mulai anaknya kecil sampai bisa berdandan. Seorang yang bertanggung jawab tapi
ketiaka sartono memperhatikan anaknya, ia tersipu karena belum seharusnya
anaknya seperti itu, hanya karena keadaan putty harus bersikap lebih dewasa. Ketika suatu saat putty bertanya kepada
Ayahnya, ”kenapa Papa gak pacaran lag?” . pada saat itu putty merasa bahwa
hidupnya kurang sempurna. Dan ia menuntut kepada ayahnya untuk segera mempunyai
seorang pendampin.
Pada cerita
cerpen Seorang Ayah dan Anak Gadisnya ini, si Anak sebenarnya sangat tretakan
akan situasi disekitanya, ia mempunyai ayah yang baik muda dan pintar tapi ia
masih merasa kurang. Dan ibunya yaitu Nadia, ibunya hidup sendiri dengan ayah
tirinya yang bernama Burhan. Dan ia pun tidak terlalu dekat dengan ibunya. Dan
pada suatau saat ibunya akan bercerai lagi dengan suami keduanya tersebut. Itu
membuat putty menjadi lebih tretekan. Dan ketika ayahnya mengajak jalan-jalan
putty . saat itu pula sartono sadar bahwa putty sangatlah merasa kekurangan
kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar